SELAMAT DATANG DI WEB AS-SAIDIYYAH DORMITORY

Kamis, 28 Mei 2015

















Hasil gambar untuk chairul tanjung
Add caption
Chairul Tanjung


Nama Lengkap : Chairul Tanjung
Profesi : -
Agama : Islam
Tempat Lahir : Jakarta
Tanggal Lahir : Sabtu, 16 Juni 1962
Zodiac : Gemini
Warga Negara : Indonesia

BIOGRAFI
Chirul Tanjung (CT) adalah konglomerat Indonesia yang namanya berada di urutan 937 dari 1000 orang terkaya di dunia versi majalah Forbes dengan total kekayaan senilai USD 1 miliar. Ayah CT adalah A.G. Tanjung, wartawan Orde Lama yang dulu pernah menerbitkan lima surat kabar beroplah kecil.

Pekerjaan yang dilakukan CT berbeda jauh dengan disiplin ilmu yang ditekuninya di bangku kuliah. Ketika menuntut ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi UI tahun 1981, CT mengalami kesulitan finansial untuk biaya kuliah. Saat itulah kemampuannya berbisnis diasah. Ia mulai berbisnis kecil-kecilan menjual buku kuliah stensilan, kaos, dan sebagainya. Kemudian ia memiliki toko peralatan laboratorium dan kedokteran di bilangan Senen Raya, Jakarta Pusat, namun mengalami kebangkrutan.

Setelah itu ia mencoba membuka usaha kontraktor tetapi kurang berhasil sehingga ia bekerja di perusahaan baja. Lalu, ia pindah ke perusahaan rotan di mana ia bertemu dengan tiga orang rekan dan mendirikan PT. Pariarti Shindutama. Perusahaan ini memproduksi sepatu anak-anak untuk ekspor, dan CT beruntung usahanya kali ini menuai untung besar karena perusahaannya mendapat pesanan 160 ribu pasang sepatu anak-anak dari Italia. Seiring berjalannya waktu, akhirnya CT memutuskan untuk berkarya sendiri karena terjadi perbedaan paham dengan rekan-rekannya.

Lepas dari bisnis sepatu ekspor, CT mengarahkan usahanya ke konglomerasi dengan tiga bisnis inti, yaitu keuangan, properti, dan multi media. Di bidang keuangan, ia mengambil alih Bank Tugu yang sekarang menjadi Bank Mega yang kini merangkak naik menjadi bank kelas atas. Ia juga merambah ke bisnis sekuritas, asuransi jiwa, dan asuransi kerugian. Pada sektor sekuritas, CT memiliki perusahaan real estate dan membangun Bandung Supermall pada 1999.

Saat ini, CT berkecimpung di bisnis pertelevisian dengan mendirikan Trans Corp yang membawahi Trans TV dan Trans 7. Walaupun persaingan di industri pertelevisian semakin ketat, namun CT yakin Trans TV bisa terus berkembang melihat bahwa belanja TV nasional telah mencapai angka 6 triliun setahun dan 70% di antaranya akan diambil oleh televisi.
Selain Trans Corp., CT memiliki Para Group yang mengayomi 5.000 karyawan dengan Para Inti Holdindo sebagai kepala industri yang memiliki tiga anak perusahaan, yaitu Para Global Investindo (bisnis keuangan), Para Inti Investindo (media dan investasi) dan Para Inti Propertindo (properti).

CT melebarkan sayapnya di dunia bisnis dengan menggunakan Trans Corp untuk mengakuisi 40% saham PT Carrefour Indonesia senilai Rp 3 triliun melalui PT Trans Ritel. Setelah memiliki 40% saham Carrefour, ia kini menjadi komisaris utama PT Carrefour Indonesia didampingi oleh AM Hendropriyono (mantan Kepala BIN) dan S.Bimantoro (mantan petinggi Polri) sebagai komisaris.
Setelah akuisisi oleh Trans Corp, komposisi pemegang saham PT Carrefour Indonesia adalah Trans Ritel (40%), Carrefour SA 39%, Carrefour Netherland BV 9,5%, dan Onesia BV 11,5%. Dengan gurita bisnis seperti ini, CT menduduki posisi ke-13 dari total 40 orang terkaya di Indonesia pada tahun 2009 versi majalah Forbes.

 CT mengaku lebih suka mengakuisisi dibandingkan membangun bisnis karena akusisi perusahaan membuat sinergi memperluas ladang usaha. Waktu saya memulai banyak waktu tapi enggak punya uang. Mulai dari nol. Lama-lama  jadi besar punya uang, tidak punya waktu. Maka yang dilakukan tidak perlu bangun tapi mengakusisi.

Riset dan analisa oleh Almas Adibah
PENDIDIKAN
•    SD Van Lith, Jakarta (1975)
•    SMP Van Lith, Jakarta (1978)
•    SMA Negeri I Boedi oetomo, Jakarta (1981)
•    Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia (1987)
•    Executive IPPM (MBA; 1993)
KARIR
•    Pendiri PT. Pariarti Shindutama
•    Pemilik Bandung Supermal
•    Pemilik Trans Corp.
•    Pemilik Para Group
•    Komisaris Utama PT Carrefour Indonesia
Buku:
•    Si Anak Singkong
PENGHARGAAN
•    Urutan 937 dari 1.000 orang terkaya di dunia versi majalah Forbes
•    Mahasiswa Teladan Tingkat Nasional (1984-1985) - Penghargaan sebagai anggota civitas akademika yang berjasa kepada fakultas dan universitas
•    Eksekutif Muda Berprestasi 1992-1993 dari Studio Seven Production, Jakarta (23 Mei 1993)
•    Soegeng Sarjadi Award

Rabu, 27 Mei 2015

Takdir Cinta di Langit Aceh

            Suara mencekat itu mulai memanggil nama ku,setelah agak lama ia tertidur pulas di atas ranjang tidur.Buaian mimpi indah mungkin baru saja dialaminya,sehingga ia tak menyadari kehadiranku yang duduk disampingnya sekitar satu jam yang lalu.
Menatap lama kias wajah sayunya yang mulai berubah dari waktu ke waktu,dan mungkin akan tak lama lagi aku dapat melakukan hal yang sama seperti saat – saat seperti ini untuk beberapa tahun ke depan.
Mata itu mulai terbuka dan sesekali mengerjap – ngerjap mengelilingi bola matanya yang mulai sipit.Sudah mulai terhias lipatan kerutan yang menandakan ia telah lama merasakan kehidupan alam dunia.Dengan tubuh kecil dan tangannya yang mungil,ia mencoba menggapai wajahku setelah agak lama matanya mencari – cari keberadaanku yang ternyata telah lama duduk bersimpuh di sampingnya.
Ami,gerangan apa ami memanggilku?Apakah ada yang terasa sakit ditubuhmu,biarkan aku melihatnya,mi” ucapku dengan nada penuh kekhawatiran.
Ami menggeleng pelan,lalu tersenyum kecil.Ia hanya mengangkat jari telunjuknya yang mengarah pada sebuah lemari tua yang berdiri di dekat ranjang tidurnya.Tepatnya berada di sampingku.Aku mengerti maksud ami,dan segera aku ambil sebuah benda yang tergeletak diatasnya.Sempat ku perhatikan sebuah tulisan yang menunjukkan nama seseorang yang tertulis di atas lipatan itu, Abu sofyan,Lhokseumawe,Aceh.
Aku menyerahkan lipatan itu kepada ami.Dan ia mulai membukanya,menatap isi kertas itu sejenak,lalu melipatnya kembali dan menyerahkannya padaku.Aku belum begitu tahu apa maksud ami menyodorkan kertas itu padaku.Aku hanya diam dan menerima kertas itu,hingga menunggu penjelasan dari ami tentang semua maksud perlakuannya.
“Andi,sayangkah kau kepada ami?”.Tanya ami yang kontan membuatku agak terkejut.
Semenjak aku mengenal ami.Di dunia ini,hanya ami yang aku sayang dan ku hormati,ami”.Jawabku dengap penuh kesopanan.
Sekilas ami memunculkan senyuman kecilnya.namun hanya sesaat,senyum itu redup kembali,dan berlanjut dengan bibir datarnya.
Jadi kau mau mengabulkan apa yang ami inginkan?”.Tanya ami.
Apapun yang ami inginkan,itu sudah pasti menjadi tugasku untuk mewujudkannya,mi.Apa yang ami inginkan saat ini?”
Temuilah orang yang ada di kertas itu,Andi.Berikan pesan dari ami padanya.
Sampaikanlah salam ami padanya”.

Aku mengernyitkan dahiku sejenak.Apa yang sedang ami utarakan untuk menyuruhku meninggalkan ia sendirian.Tak tahukah,ami,kini kau sedang berperang melawan penyakitmu yang sudah semakin memakan tubuhmu.Namun aku tak dapat berprotes apapun,karna sesungguhnya ami sedang berharap padaku.Yang mana kini terpancar di wajahnya,bahwa ia sangat ingin aku pergi menemui seseorang yang ada di kertas itu dan meninggalkannya sendirian berjuang melawan rasa sakitnya.

Aku hanya bisa mengangguk pelan,tanpa ku tahu sebenarnya,apa yang dimaksudkan ami tentang sesuatu yang ada di Aceh sana.Siapa yang akan ku temui,aku tak tahu.Benar – benar tak tahu.Kemudian,aku bergegas pamit meninggalkan ruangan ami.
        ——————————————————————Lhokseumawe adalah salah satu dari sekian kabupaten yang ada di Nanggroe Aceh Darussalam.Daerah yang begitu jauh dari keberadaanku yang saat ini ada di Jawa Tengah.Dan siapa Abu Sofyan itu,ada hubungan apa antara ami dengannya.Semua pertanyaan itu hanya bisa keluar dari lubuk hatiku saja,tak akan ada yang bisa menjawabnya.Kecuali hanya dari mulut ami,segala yang ku fikirkan akan terjawab dengan jelas dan aku dapat mengerti mengapa ami menyuruhku untuk bertemu dengannya.
Segala sesuatunya telah siap.Hanya satu yang belum ku lakukan,yakni restu dari ami.Yang akan menjaga aku saat diperjalanan hingga nanti aku sampai dan bertemu dengan orang yang bernama Abu Sofyan itu.Namun ketika daun pintu kamar ami kubuka,terlihat ami sedang tertidur lelap dengan hiasan senyum kecil di bibirnya.Tangannya yang terlipat di depan dada,dan tubuhnya yang lurus searah dengan kiblat membuatku tak tega membangunkannya.Akhirnya ku putuskan untuk menulis kata dan ucapan terakhirku sebelum aku melangkah pergi diatas kertas putih.Dan ku selipkan diatas tumpukan telapak tangan
          ———————————————————————Tanah bekas luapan amarah laut Banda Aceh,yang berwarna merah kehitam – hitaman,kini telah aku pijak.Bahkan gedung pencakar langit,jalanan raya yang menjulur panjang,pohon – pohon rindang yang meneduhkan bagi setiap orang yang berlindung di bawahnya,semuanya telah kembali lagi.Tumbuh dan berkembang lagi,seperti dulu sebelum bencana itu datang.

Setelah berjalan cukup lama sambil sesekali menanyakan tentang informasi keberadaan kyai Abu Sofyan,perjalananku pun akhirnya terhenti di depan sebuah pondok pesantren.Pondok itu tak terlalu besar namun memiliki sebuah masjid yang cukup indah.
sebuah plat di samping  gerbang itu menunjukkan nama pondok itu adalah “PONDOK PESANTREN DARUSSALAM” oleh asuhan kyai Abu Sofyan.Aku menghela nafas panjang,
lega sudah rasanya kali ini.Akhirnya ku temukan juga orang yang sedang dimaksudkan oleh ami.Setelah perjalanan panjang dan rasa lelah yang cukup di rasa,peluh keringat dan rasa dahaga.Kini sudah tiba waktunya istirahat itu tiba.
Mulai ku langkahkan kaki ini menuju sebuah ruangan tempat informasi yang akan membantuku untuk bisa bertemu dengan junjungan pondokan itu,yakni kyai Abu Sofyan,
seseorang yang sangat ami harapkan aku dapat bertemu dengannya.Dan ketika aku masuk ke dalamnya,ku jumpai seorang laki – laki yang mengenakan sarung dan baju putih panjang beserta peci yang melihatku masuk dan berjalan mengarahnya.Ku pikir ia adalah salah satu santri yang telah di tugaskan menjaga tempat informasi di pondok pesantren ini.

    “Assalamualaikum,ada yang bisa kami bantu?” tanya santri itu dengan penuh ketakdiman.

    “Waalaikumsalam,kedatangan saya kesini untuk bertemu dengan kyai pondok Darussalam,yakni kyai Abu Sofyan.Dapatkah anda mempertemukan saya dengan beliau?” tanyaku berharap.

    “Bisa saja kami mengaturnya,tapi maaf sebelum itu,adakah sebelumnya perjanjian untuk bertemu sudah direncanakan?” tanyanya balik.

    “Maaf,tapi saya datang dari Jawa kesini karna dorongan dari ibu saya.Beliau menyuruh saya untuk mengirimkan pesan dan salam darinya untuk kyai Abu Sofyan”

    Santri itu mangut – mangut tanda kefahaman akan maksud tujuanku.Ia pun menunjukkan arah jalan menuju ndalem kyai Abu Sofyan,sambil memanggil teman santrinya untuk mengantarkanku menuju ndalem kyai di ponpes Darussalam itu.

Tibalah akhirnya santri itu mengantarkanku pada sebuah rumah sederhana yang berdinding ukiran kayu dan anyaman bambu yang penuh dengan aroma seni.Ku pikir kyai Abu Sofyan ini adalah salah satu pecinta seni di kalangan pondok ini.Bagaimana tidak, terlihat dari segala jenis lukisan – lukisan dari Jawa dan Aceh terpampang rapi di dinding depan rumah beliau.Setelah berpamit,santri yang mengantarku itu berlalu dari hadaanku.

Aku pun mencoba memberanikan diri mengetuk daun pintu yang kini sudah berdiri di depanku.Dengan bacaan basmalah,aku siapkan diri untuk bertemu seseorang yang sepertinya ami sangat berharap aku dapat bertemu dengannya.
Ketukan yang berjumlah tiga kali sudah kulakukan pada pintu yang sudan terbuka itu.
Kemudian muncullah seorang gadis yang ku akui cukup rupawan dengan balutan jilbab putih yang menambah kecantikan di wajahnya.Ketika tahu bahwa yang mengetuk adalah orang asing sepertiku,ia pun kontan menundukkan kepalanya dalam – dalam.Tak ada nyali sedikitpun untuk menengadahkan kepalanya kembali walau hanya sekadar melihat bahwasanya ada tamu yang sedang berkunjung.

    “Assalamualaikum,maaf,anda siapa.kalau santri mau ambil kos makan,bisa langsung ke belakang.Pintu depan hanya untuk para tamu abah saja” ucap gadis itu dengan tergesa – gesa.

Terlihat ada nada ketakutan dalam desah suaranya.

    “Waalaikumsalam,maaf juga.Tapi saya ini bukanlah santri disini,melainkan saya adalah oran dari luar pondok.Saya datang dari Jawa Tengah untuk bertemu dengan kyai Abu Sofyan,

pengasuh pondok pesantren disini” terangku kemudian.

    Gadis itu akhirnya mulai mengangkat wajah cantiknya kembali.Namun ia tidak berani menatap wajahku,hanya sekilas saja lalu berpaling kembali.

“Oh kalau begitu maafkan saya.Silahkan langsung masuk saja,abah ada di dalam.

saya akan panggilkan beliau dahulu”.

    Ternyata gadis itu adalah putri dari kyai Abu Sofyan.Alangkah bahagianya beliau dapat memiliki putri secantik dan sesopan itu.Bahkan untuk melihat sosok lelaki pun iantak berani,menakjubkan.Setelah dipersilahkan,aku pun duduk di sofa yang di peruntukkan bagi para tamu bersilaturahmi.Sambil sesekali pandanganku menyebar menjelajah arsitektur ruangan tamu ndalem kyai Abu Sofyan.Gadis itu pamit meninggalkanku untuk memanggil orang yang ku tunggu – tunggu,yaitu kyai Abu Sofyan.

Tak lama menikmati keindahan ornamen di ndalem kyai Abu Sofyan,tiba – tiba muncul seorang lelaki paruh baya datang menghampiriku.Mungkin umurnya sudah mencapai setengah abad,karna ku lihat di jenggot yang menggantung agak lebat di dagunya itu sudah ada yang mulai berwarna putih.Lelaki itu mengenakan baju panjang putih mirip pakaian yang biasa dipakai para kyai pada umumnya,dan ditambah balutan kain putih yang menempel pada sisi kepalanya yang mirip dengan kupluk para Walisongo yang sering ku lihat dalam lukisan

Bergegas aku berdiri dan mencondongkan badanku agak kedepan.Ku cium tangannya dengan kedua tanganku.Tercium sesaat harum semerbak yang keluar dari telapak tangannya.
Harum khas aroma sang kyai.Lantas aku pun duduk kembali setelah beliau menyuruhku untuk kembali duduk.Pembicaraan pun segera dimulai,aku mencoba mengatur nafas agar apa yang ku sampaikan tak salah pada pendengaran beliau.

    ”Assalamualaikum kyai Abu Sofyan” tuturku memulai pembicaraan.

    “Waalaikumsalam,darimana kau berasal dan apa gerangan kau ingin bertemu denganku,

anak muda!sepertinya penting sekali” jawab kyai Abu Sofyan.

    “inggih kyai…!saya berasal dari daerah yang cukup jauh dari sini,yakni Jawa Tengah.

Nama saya adalah ...” ucapku terhenti seketika,ku lihat raut wajah beliau berubah mimiknya menjadi sangat terkejut setelah mendengar ucapanku yang belum selesai ku utarakan.

    “Jawa Barat?” ucapnya dengaan kening berkerut.Akupun menganggukkan kepala dengan pelan.

 

    “Siapa namamu,nak?” tanya beliau kembali.

    “Andi Ali Akbar,pak kyai” jawabku.

    Tambah terkejutlah kyai Abu Sofyan setelah mendengar aku menyebut nama panjangku.Ku dengar beliau mendesah dengan ucapan hamdalah berkali – kali,namun agak samar.Terlihat pula mata beliau berkaca – kaca seperti habis mendengar sebuah pernyataan yang tak begitu disangkanya.Aku tak mengerti dengan semua perubahan pada wajah dan mata beliau tersebut.Aku tak berani melanjutkan maksud perkataanku yang sempat terhenti apalagi menanyakan gerangan apa yang membuat kyai Abu Sofyan kontan terkejut.Aku hanya memilih diam hingga menunggu beliau mempersilahkanku kembali untuk berbicara.

Namun tiba – tiba saja beliau bangkit berdiri dan beralih duduk di sofa yang sedang ku tempati.Aku semakin menundukkan kepalaku dalam – dalam,melihat beliau tertegun menatapku dengan jarak kami yang begitu dekat dan matanya yang penuh dengan kaca kaca air mata.Aku sendiri tak tau harus melakukan apa agar beliau tak bersikap seperti itu padaku.

Beliau adalah orang terpandang di seluruh wilayah Lhokseumawe,akan tetapi saat ini seakan aku seperti sedang berhadapan dengan seorang yang sangat dekat dengan jiwa dan fikiranku.

Seperti bayangan almarhum abiku yang telah hidup kembali.

    Ia mulai mengangkat wajahku,pelan dan sangat lembut terasa telapak tangannya.Ia membelai rambutku penuh amat cinta.

    “Akhirnya setelah 10 tahun ku lewati,aku akhirnya bertemu denganmu,Andi.Mengapa hanya kau yang datang,dimana ami?” ucap kyai Abu Sofyan tersedu.

    "A...ami?pak kyai tahu tentang nama panggilan ibu saya?” tanyaku agak setengah terkejut.

    “Bagaimana tidak,aku adalah orang yang telah lama menanti kehadiran kalian disini”

    “B...baiklah,pak kyai”

    Pada akhirnya aku tak begitu mengerti maksud perkataan beliau,aku hanya menyodorkan surat titipan ami kepada kyai Abu Sofyan.Ia menerimanya dengan tangan yang bergetar.Lalu membaca isi dari surat ami.

Lhokseumawe,NAD. Assalamualaikum wr.wb

    Sofyan,kini kau telah tahu apa yang sedang ku persembahkan padamu saat ini dulu ia sering kau sebut dengan malaikat kecilmu dan kini ku bawakan ia di hadapanmu biarkan kini dia tau dan percaya bahwa kau adalah ...abinya.

Tak usah lagi kau berfikir tentangku aku takkan lagi bisa bertahan karna,inilah waktunya yang sangat tepat.

Wassalamualaikum

    Jawa Barat,27 februari 2014.                                                                                                       

            AISYAH

    Mata kyai Abu Sofyan kembali menggenangkan air mata,bahkan air mata itu sudah jatuh mengaliri pipi beliau.Ia memeluk kertas yang mulai agak kusut itu erat – erat seakan seperti tak mau kehilangan sesuatu yang sedang dipeluknya itu.Namun itu tak belangsung lama,beliau kembali melipat surat itu dan menaruhnya di atas meja bundar di depannya.

Kemudian dengan langkah agak tergesa – gesa,beliau berlalu menuju kamarnya dan kembali lagi dengan membawa sebuah album kusam berwarna coklat dengan corak motif kotak – kotak pada sampulnya.Beliau memperlihatkan album itu padaku dan menyuruhku untuk membuka dan melihat isi dari album itu.Aku pun hanya menurut saja.

Dan baru saja pada halaman pertama di album itu,aku seketika terheran dengan sebuah gambar foto yang isinya adalah ami dan kyai Abu Sofyan dengan seorang bocah laki – laki yang sedang berpose bersama di depan sebuah rumah kuno.Ami terlihat begitu bahagia di foto itu,terlihat semburat senyumnya yang sedang merangkul bocah laki – laki di depannya dan rangkulan tangan kyai Abu Sofyan yang melingkar di bahu ami.Kira – kira bocah itu sekitar berumur 12 tahunan.terlihat foto itu seperti sebuah keluarga yang terlihat sempurna yang penuh dengan kesakinahan.

    “Sekarang,apa yang kau ketahui begitu melihat foto itu,Andi?” tanya kyai Abu Sofyan.

    Aku hanya menggeleng,karna aku memang belum tahu dan belum mengerti apa maksud kyai Abu Sofyan memperlihatkan foto ami yang sedang bergandengan dengan beliau.Mungkin saja dulu mereka bersahabat,namun ada kegelisahan yang ingin aku tanyakan kepada beliau yaitu tentang bocah laki – laki yang berada di foto mereka.

    “ini kau Andi,dirimu ketika 10 tahun yang lalu” ujarnya dengan menunjuk wajah bocah laki – laki pada foto itu.

    Aku terkejut,bocah laki – laki itu adalah diriku? Apakah mungkin kyai Abu Sofyan adalah abiku yang pernah ami katakan dulu ia telah meninggal.Aku tak berani memastikan,

hanya lagi – lagi aku memilih diam.

    “maksud pak kyai?” tanyaku kemudian.

Beliau terlihat menghembuskan nafas panjangnya.Kemudian,mulailah beliau menjelaskan semua kisah dulunya bersama ami.Setiap pernyataan yang terucap dari bibir beliau,seperti aku mendengar sebuah dentuman keras yang bertubi – tubi menghantam diriku.

Seketika,terjatuh aliran bening yang melintasi pipi kanan dan kiriku.Kini aku telah bertemu dengan seseorang yang dulu ia sering kupanggil abi.Dia adalah kyai Abu Sofyan,pendiri dan pengasuh ponpes Darussalam.Setelah kisah tragis ombak laut Banda Aceh yang memisahkan antara aku dan abi yang terjadi 10 tahun yang lalu.Aku akhirnya dibawa oleh ami keluar dari wilayah Aceh yang saat itu kedaannya penuh dengan porak poranda.Saat itu aku mengalami suatu benturan keras yang menimpa kepalaku,membuatku mengalami penyakit lupa siapa aku dan lingkunganku,termasuk ami.

    Namun dengan keteguhan ami,pada akhirnya aku mampu mengingat kembali tentang diriku.Semuanya terkecuali abiku,kyai Abu Sofyan yang dulu ku anggap telah meninggal dunia akibat amarah tsunami Banda Aceh kala itu.Dan sekarang aku telah bertemu dengan beliau.Setelah kebutaanku yang cukup lama tentang sebuah rahasia takdir tuhan,kini pada akhirnya aku dapat memandang wajah abi lagi.Meski saat ini aku masih belum dapat mengingatnya ketika dulu masih bersamaku dan ami beberapa tahun yang lalu.Yang terlihat begitu bahagia di senyuman wajah – wajah yang berpose di dalam foto album yang tengah ku pegang saat ini.

    “jadi,kyai Abu Sofyan adalah abi?” tanyaku sekali lagi untuk menyempurnakan keyakinanku.

    “iya anakku,” jawabnya yang diiringi pelukan hangatnya yang mendarat di tubuhku.

            Inilah yang kuakui takdir cinta yang sebenarnya.Pertemuan yang direncanakan oleh ami untuk mempertemukan aku bersama abi berjalan sudah sesuai harapannya.Ami,jika maksud ini kau menyuruhku untuk pergi meninggalkanmu sendirian di sana,maka aku hanya dapat mengucapkan rasa terima kasihku kepadamu lewat batin ini saja.Karna kau hanya sendiri disana.Semoga saat ini kau masih berada dalam lindungan Allah.

                                                        ***

    Senja sore yang menggantung di sela – sela awan putih itu mulai menunjukkan warna keemasannya.Bersamaan dengan itu,aku dan kyai Abu Sofyan yang kini telah ku panggil abi itu berkumpul di depan serambi masjid yang dihiasi lalu lalang para santri yang hendak menunaikan sholat maghrib berjamaah.Terlihat para santri yang hendak lewat di depan abi itu selalu membungkukkan badannya ke depan.Ada pula yang memberanikan diri untuk bersimpuh sejenak di depan abi,lalu mencium tangannya dengan takdim.Benar – benar pemandangan yang mengindahkan mata ini.

Bukan saja hanya santri putra yang hendak menunaikan sholat maghrib di senja ini,namun santri putri pun terlihat bergegas dengan pakaian putihnya yang berjalan menuju masjid bagian belakang yang khusus telah disediakan untuk para santri putri saja.Diantara sekian banyak santriwati yang lewat,mataku tiba – tiba saja tertuju pada seseorang santri yang berjalan sendirian dengan wajahnya yang tertunduk menatap ke bawah kakinya.Langkah kakinya agak pelan,seperti ada yang sedang mengganggu fikirannya.Wanita itulah yang ku temui pertama kali ketika aku mengetuk pintu rumah abi tadi pagi.Yang saat itu wajahnya yang tertutup oleh tundukan kepalanya karna terkejut melihatku.

Saat itu abi tengah melihatku yang tengah asyik menatap gadis cantik yang sedari tadi memang sedang kuperhatikan.Ia tersenyum simpul lalu menepuk bahuku agak keras.

“namanya Arnita,dia cantik kan?” celetuk abi yang membuatku agak terkejut karna beliau tahu apa yang sedang ku amati.Aku pun hanya tersenyum sesaat.

“dia adalah...” ucap abi terhenti seketika,karna ada salah seorang santri yang mengajak beliau untuk segera  memimpin sholat maghrib dengan segera.

Beliau pun akhirnya bangkit dan mulai berjalan menuju tempat imam untuk memimpin sholat.Aku berjalan mengekor di belakangnya dan segera melakukan apa yang menjadi tuntutan agamaku,yakni sholat maghrib.Karna langit sudah mulai berwarna gelap.

Seusai sholat maghrib,aku dan abi bergegas pulang menuju ndalem.Namun ketika kami lagi asyiknya berjalan sambil sesekali mata kami menjelajah lingkungan yang kami lewati,terlintas begitu saja di benakku untuk menanyakan siapa gerangan santri putri yang ku tahu namanya adalah arnita itu.Mengapa ia dapat memasuki rumah abi dengan mudah,

padahal abi bilang ndalem itu hanya boleh dimasuki oleh orang – orang tertentu suruhan abi saja.Itupun hanya sekedar untuk membersihkan kamar – kamar dan ruang tamu.

    “abi,bolehkah aku menanyakan perihal tentang santriwati tadi.Maksudku,Arnita!” tanyaku memberanikan diri.Abi lagi – lagi tersenyum.

    “rupanya kau penasaran dengannya.Nanti kalau kita sudah sampai di rumah,kau akan tau sendiri.Siapa dia,anakku!” ujar abi dengan santai.

Kami pun meneruskan perjalanan tanpa diselingi obrolan lagi.Karna belokan yang baru saja kami lewati adalah belokan terakhir untuk bisa sampai di rumah abi.Tinggal beberapa meter lagi kaki kami melangkah,kami sudah mulai memasuki pekarangan depan ndalem.

Dan baru saja ketika kami membuka pintu rumah,Arnita sedang duduk diatas kursi sofa di ruang tamu dengan arahan kepalanya yang menunduk.Dan tak lama setelah itu ia seketika mengangkat kepalanya setelah melihat kedatanganku bersama abi.Matanya sedikit terperangah,terlihat ia baru saja melamunkan sesuatu.

    Abi pun mengajakku untuk duduk pula di sofa yang letaknya bersebelahan dengan Arnita.Namun aku menolak,aku memilih tempat duduk yang berhadapan dengan Arnita yang berpagar meja bundar di depanku.Meski begitu,aku tetap saja tak bisa memindahkan mataku kearah lain selain hanya menghadap kearah wajah Arnita yang terlihat agak malu – malu.

    “Andi,kenalkan.Ini Arnita,adikmu!” ucap abi seketika.

Aku agak sedikit terkejut,begitu pula Arnita yang seketika itu wajahnya langsung memerah semu.Pernyataan abi sudah membuat aku dan Arnita tak dapat berkata apapun.Aku hanya bisa menanti penjelasan abi tentang pernyataannya itu.

Abi pun melanjutkannya,dan dari situ aku tahu bahwa ketika aku dan ami berada jauh di Jawa sana,abi akhirnya memilih menikah kembali dengan wanita lain karna beliau saat itu merasa lelah menanti kabar dariku dan dari ami yang seperti hilang ditelan ombak tsunami karna sudah lama tak ada kabar beliau menikah dengan wanita janda yang telah memiliki satu anak perempuan,dan Arnita itulah anak perempuan itu.Abi menganggap dulu aku dan ami  telah  meninggal,hingga akhirnya beliau memilih menikah kembali meski antara ami dan abi belum ada kata cerai.

Awalnya aku agak tersinggung ketika abi tega menduakan ami,namun ketika sampai di penghujung kisah beliau,akupun tak bisa memungkiri bahwa posisi abi kini memang tak salah.Terlihat mata Arnita berkaca – kaca dan setelah itu menetes mengaliri pipinya yang halus.Aku pun hanya bisa menghembuskan nafas panjangku ketika aku tahu,Arnita adalah seseorang yang kini harus ku ubah di mata penglihatanku.Bukan sebagai wanita yang ku kagumi,melainkan sebagai adikku.Yah…adikku yang baru saja dilontarkan abi barusan.

Dering ponselku bergetar tiba – tiba,tanda ada pesan baru yang masuk.Segera ku rogoh saku bajuku,dan ternyata memang benar ada sebuah pesan yang masuk di inbox ku,

namun pesan itu dikirim oleh nomor asing yang baru pertama kali ini aku melihatnya.Tak butuh waktu lama,ku bukan segera pesan SMS itu.Dan isinya seketika saja membuatku terkejut setengah mati.Bukan hanya terkejut,namun ponselku pun tak kusadari telah terjatuh dari genggamanku.

From :085749809215

Andi,aku pak Joko.Tetangga depan rumahmu.Aku hanya ingin mengabarkan bahwa ami mu telah berpulang ke Rahmatullah.Ia menulis pesan sesaat sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya.”Andi,anakku.Tak usah kau kembali lagi,nak.Tetaplah disana bersama abi”.

                                            ***

    Senja kembali lagi membawa awan tebalnya yang berwarna keemasan.Saat ini,di depan pekarangan rumah abi yang dipenuhi rumput – rumput hijau,sudah berkumpul sebuah keluarga kecil yang baru saja akan memulai merajut masa – masa indahnya.Aku,abi dan adikku,Arnita.Arnita menghempaskan tepukan tangannya diatas pundakku.

    “kak Andi,kita sekarang adalah saudara yang bernasib sama.Umiku dulu pergi,dan sekarang ami juga pergi.Semuanya adalah ibuku,aku tahu pasti rasanya kehilangan kasih cinta dari ibu.Kak Andi juga kan?” kata Arnita.

    “Andi anakku.Kau juga pasti bisa membayangkan bagaimana sakitnya kehilangan dua orang yang sangat dicintai ,Uminya Arnita dan ami mu.Rasanya seperti burung yang kehilangan kedua sayapnya.Mungkin ketika sayap itu tinggal satu yang ia miliki,ia masih bisa terbang walaupun tak sesempurna ketika bersayap dua.Tapi,jika sayap itu hilang semuanya.

Burung itu pasti sudah tak patut disebut burung.Karna burung adalah seekor hewan yang memang ditakdirkan untuk dapat terbang,dengan menggunakan kedua sayapnya.Tanpa sayap,

burung takkan ada artinya” kata abi.

    Aku kembali menatap senja sore yang kini sudah mulai agak menghilang.

    “Terimakasih Ya Allah,kau telah berikan takdir ini kepadaku.Takdir cinta ini adalah sebuah rencanamu yang mampu membuatku bertemu dengan orang – orang yang mampu membuatku sadar akan kasih sayang.Meski pada akhirnya,aku harus kehilangan satu orang yang takdir pun harus memisahkanku padanya.Aku cukup terima dan cukup ikhlas Ya Allah karna pada waktunya semua akan berakhir baik” desah syukur ku panjatkan lirih,namun dapat terdengar oleh abi dan Arnita.

Tak lama setelah itu langit pun mulai berwarna gelap,bersamaan dengan itu,satu bintang yang berkerlip muncul begitu saja diantara selingan awan – awan hitam.Bintang itu berkilau dan bercahaya terang,mungkin ia juga tahu tentang sebuah takdir cinta yang Allah berikan kepada salah satu hambanya di senja ini.Yang kini hamba itu telah mendapatkan takdir itu di bawah langit Aceh Darussalam.

                                                ...TAMAT...

PENANTIAN DI UJUNG SENJA

Matahari telah berpulang...

Menyeret sinarnya yang benderang...

Kala senja ini mulai datang...

Ku selalu menunggu ia pulang...

    Desir angin malam mulai terasa di ujung kakiku yang mulai kedinginan.Sudah lama aku menunggu,bahkan cukup lama.Diatas batu pantai ini,aku duduk bersila menghadap ombak pantai di tepi gubukku.Menanti datangnya sebuah perahu kecil yang saat ini sedang membawa ayahku pulang.Membawa setangkai ikan yang nantinya akan mengisi perutku yang sedari pagi telah keroncongan.

    Namun,sampai senja ini telah hilang. Ayahku tak kunjung nampak di kejauhan sana.
Dimana ayahku kini,akankah engkau berniat untuk menginap di ujung laut sana yang tak ku tahu dimana itu??? Tak biasanya ayah pulang lebih malam dari ini,bahkan sekalipun.Ayah selalu menempati janjinya,bahwa ia akan pulang secepatnya.
Ku putuskan untuk kembali pulang.Akan ku teruskan menunggu ayah di gubuk saja.
Mungkin sebentar lagi,ayah akan datang dan mengetuk pintu rumah itu.Itu pikirku.Dan sekali lagi,itu adalah pikirku.Meski tak ku tahu apa yang terjadi sebenarnya.

                                        ***

    Matahari telah datang ke bumi dan akhirnya menyilaukanku sehingga aku terbangun olehnya.Sebuah ketukan pintu membangunkanku yang ternyata tertidur diatas kursi panjang tempat dimana biasa aku menempatinya bersama ayah saat ayah baru saja pulang dari melaut.
Ketukan itu berulang lagi,hingga pintu itu akhirnya ku buka.Ku pikir itu adalah ayah,tapi bukan,ia adalah pak Joko,teman sesama nelayan yang pergi bersama ayah kemarin pagi.
Bima,aku dan ayahmu terpisah ketika kami sampai di tengah laut.Ombak meninggi,dan...” ucap pak Joko yang tiba – tiba menghentikan ucapannya.Nadiku seakan berhenti ketika mendengar ucapan pak Joko yang cukup mengejutkanku

apa yang terjadi pada ayah?” tanyaku tak sabar.

ayahmu hilang dari pandangan mata dan sampai sekarang ia belum ditemukan” ucap pak Joko kemudian.Ia menelan ludah,tatapannya terlihat pasrah ketika ia memberikan informasi ini padaku.

Pak Joko menepuk bahuku pelan lalu pergi meninggalkanku.Akankah ini pertanda bahwa ayah telah...... segera kutepis semua fikiran yang menggeluti hatiku.Aku yakin,tidak akan terjadi hal yang buruk pada ayah.Dia pasti pulang,itu pasti.

                                        ***

    Sore hari,ketika sudah tujuh hari yang lalu ayah pergi melaut dan hingga kini ia belum kembali.Ku lakukan hal yang sama seperti sore – sore sebelumnya.Menunggu kedatangan ayah untuk pulang.Tepat kini aku berdiri di atas bahu batu karang yang terletak di bibir ombak pantai,aku mencoba memanggil ayahku dengan suara nyaringku.
ayah!! Pulanglah ayah!!” teriakku memekik laut yang bergulung – gulung menabrak batu karang yang akhirnya menghasilkan muncratan air yang mengenai celana panjang yang ku kenakan.
Tak terasa air mata mulai terasa mengalir di pipiku.Ayah,tujuh hari sudah kau tak kembali.Sampai kapan aku akan menunggu kedatanganmu.Akankah selamanya kau takkan kembali?
Tiba – tiba seseorang menepuk bahuku dengan agak keras.Aku menoleh ke belakang,dan ternyata dia adalah Hasan,sahabatku sejak kecil yang tinggal bersebelahan dengan gubukku.

Bima sampai kapan kau akan menunggu ayahmu?” tanyanya.

sampai aku bertemu dengan ayahku!!” ucapku yakin.
dia takkan pulang,mungkin ke suatu tempat yang tak harus kau ketahui.Dan mungkin itu tempat yang indah,sehingga ayahmu betah disana dan tak ingin kembali pulang” jelas Hasan yang seketika membuatku tersinggung.

tidak!!ayah sayang padaku.Dia berjanji sebelum ia pergi melaut,bahwa ia akan segera pulang” tuturku masih sama.

Bima,ayolah!!ikutlah denganku ke kota.Kita gapai impian dan cita – cita kita disana.Biarkan ayahmu tetap di ujung laut yang yang tak bertepi itu.Di kota nanti kau akan menjadi orang besar.Setelah itu kau bisa kembali lagi kesini untuk menunggu ayahmu lagi”

Hatiku mulai terusik,pikiranku mulai bergulir.Ajakan Hasan memang sangat menggiurkan,Tapi,akankah aku sebaiknya menerima ajakan itu?lalu bagaimana dengan ayah,kalau ayah pulang dan ternyata tidak mengetahui keberadaanku.Aku akan merasa sangat menyesal telah meninggalkannya.

Namun jika aku menghabiskan waktu untuk menunggu ayah,Akan terbuang waktuku dengan percuma.Ayah aku akan pergi meninggalkan gubuk kita disini.Namun janganlah bersedih ayah,karna aku hanya pergi sebentar.Aku akan segera kembali nanti kita  ketika aku menjadi orang yang akan kau bangga – banggakan.Akan ku ubah derajat kita di mata orang – orang yang telah menghina kita.

Hasan tersenyum lebar,dia begitu puas dengan jawabanku.Dia turun dari batu karang yang sebelumnya kami duduki berdua.Sambil menggenggam erat tanganku,dia mengajakku untuk bersiap – siap menuju kota dimana sebentar lagi akan mengubah nasib dan kehidupanku.Aku pun mengikuti kehidupanku.

                                        ***

Halo pak,bagaimana dengan tawaran saya kemarin.Apakah kita bisa saling bekerja sama?” ucapku pada sebuah suara di seberang sana,melalui telepon seluler yang menempel di kuping kananku.

ya,tentu saja!! Segera aku akan menandatangani surat perjanjian kita.Bima,tahukah,
aku sangat bangga padamu.Kau memang partner kerjaku yang sangat pintar” ujar suara itu kemudian.

Ku tutup gagang telepon itu,ku pandangi ruangan yang luasnya serupa dengan ruangan pemilik kantor bertingkat tinggi.Inilah hasilku yang sesungguhnya.Kerja keras telah mengubah nasib dan derajatku.Meski ku tahu derajat yang sempurna hanyalah milik Allah SWT.

Tiba – tiba pintu ruanganku terbuka.Kemudian datanglah sosok Hasan yang muncul di balik pintu itu.Senyum kebanggaan terpancar di raut wajahnya.
lihatlah semua yang telah kau dapatkan,begitu luar biasa bukan?” ucapnya memperlihatkan kekagumannya.
Hasan,tahukah engkau.Semua ini adalah hasil jerih payahku!!” ucapku.

yah!!ini semua adalah hasil jerih payahmu sendiri.Dan sekaranglah saatnya kau mengunjungi pantai itu.Dimana dulu kau duduk diatas batu jarang besar disana.untuk menunggu ayahmu pulang.Lakukanlah hal yang sama! Mungkin ayahmu telah kembali dan tengah menunggumu pulang.Toh,sekarang harapan ayahmu telah terwujud.Sekarang perlihatkanlah padanya!” ujar Hasan menyeru – nyeru padaku.

Mataku mulai berbinar,ucapan Hasan memang benar adanya.Sudah sepuluh tahun aku tak berkunjung ke gubukku dulu,melewati hari – hari bersama ayah.

                                        ***

    Ku pandangi lagi pemandangan ini,suasana yang masih sama membuatku terdiam sesaat menatap tepi laut di seberang sana.Ayah belum juga pulang.Pak Joko pun sudah meninggal sejak 3 tahun yang lalu.Akankah perkataan Hasan memang benar,bahwa ayah memang takkan kembali?
Ketika aku berjalan menuju tempat dimana dulu hadir sebuah gubukku berdiri disana.Kini gubuk itu sudah tidak ada lagi,bahkan bekas – bekas puing pun tak ada yang berserakan disana.Benar – benar seperti tak pernah berdiri sebuah bangunan yang terbuat dari bambu kering.

    Namun masih tetap ada,batu karang besar yang dulu selalu ku tempati untuk menunggu ayah di setiap senja datang.Batu itu tetap seperti dulu,diam tak bergeser sedikitpun.Seakan ia memang menunggu kehadiranku kembali untuk duduk diatasnya.
Tahukah kau ayah,aku sudah cukup lama menantimu.Menanti kedatanganmu beserta perahu kecil yang membawamu pergi.Juga ikan segar yang hingga kini tak sampai padaku.Pulanglah ayah,aku merindukanmu.Lihatlah kini aku,menjadi seseorang yang pastinya akan membanggakanmu.

Di setiap ujung senja ini...

Aku selalu menatap laut itu...

Berharap datangnya perahumu...

Perahu yang membawa ayah...

Aku akan selalu menanti...

Meski habis sudah waktuku...

Lihatlah aku,dan kembalilah...

Ayahku...

                                    …TAMAT…

KASIH TULUS DINA

    Setetes air bening jatuh tepat diatas keningku,lalu berulang dan berulang terus menerus.Aku terkesiap,ku lihat ada yang sengaja meneteskan air itu.Aku mendongak ke atap kamarku yang hanya terbuat dari anyaman daun – daun kelapa yang kini sudah agak menguning.Ternyata disana ada sedikit celah yang mengakibatkan air hujan masuk ke dalam kamarku.Segera aku berlari ke arah dapur untuk mengambil ember yang nantinya akan menampung tetesan air di kamarku itu agar tak sampai menembus ke alas tidurku.Karna kalau sampai terjadi,pastinya alas tidur yang hanya terbuat dari kumpulan kain – kain perca itu sudah basah oleh air hujan.Ku tengok pula jendela kamarku yang berada di sisi kanan tempat tidurku,memang benar adanya hujan deras tengah mengguyur gubukku.

    Setelah kurasa aman,aku berjalan melangkah menuju kamar dimana tempat adikku tertidur.Ku sibak kain bekas yang sekaligus menjadi gorden yang kini tengah menggantung diatas pintu kamar adikku.Alhamdulillah,adikku masih terlihat sedang bermimpi indah.Kain handuk kecil yang menempel di keningnya juga masih tetap berada di tempatnya,demam tinggi yang mendera tubuhnya selama seminggu ini memang membuatku sedikit agak kewalahan mengurusinya seorang diri.Betapa tidak,kini di gubuk kecil ini memang hanya ada aku dan seorang adik perempuanku saja.Emak dan bapak telah pergi meninggalkan kami bersama dengan ego mereka masing – masing.Mereka memutuskan untuk berpisah dan pergi keluar rumah dengan tujuan mereka masing – masing.Dan hingga kini,mereka tak pernah pulang kembali.

    Saat itu aku dibodohi oleh mereka dengan alasan mereka ingin mencari tempat yang dapat menghasilkan uang lebih banyak.Dan saat itulah aku terakhir kali bertemu emak dan bapak.Ketika itu,adikku masih sangat kecil.Dia belum tau dan belum begitu mengerti bagaimana rasanya kasih sayang dari seorang emak dan seorang bapak yang seharusnya mengasihi dan menyayanginya,bukan malah mencampakkannya.Namun rasa marah dan kecewa itu sudah mulai hilang,aku memang sudah tak memikirkan kedua orang tuaku lagi.Bahkan bisa dibilang aku agak lupa bagaimana bentuk wajah emak dan bapakku.Mungkin saking lamanya mereka meninggalkanku.

    Ku angkat handuk kecil itu dari keningnya,kuraba dan ku sentuh wajah adikku yang masih tetap tertidur nyenyak.Panasnya masih tinggi,tak ada perubahan sedikitpun.Aku hanya bisa menahan nafas panjangku,tak bisa ku bayangkan bagaimana rasanya penderitaan adikku,Dina,kali ini.Dalam keadaan tubuh yang sakit ia masih bisa tertidur pulas.Senyumnya tak pernah hilang ketika ia tertidur.Acap kali,pernah aku berfikir suatu saat nanti Dina akan pergi selama – lamanya.Astaghfirullah.namun perasaan – perasaan jelek itu segera ku tepis.Aku tak dapat menggambarkan diriku sendiri ketika sudah tak ada lagi yang menemani kehidupanku,selain hanya Dina seorang.Lagi – lagi ku tahan nafas ini sesaat.

                                        ***

    Sebuah ketukan keras yang berulang – ulang seketika membangunkanku.Aku tersadar,ternyata setelah ku ganti kain untuk pereda panas adikku tadi malam,aku tertidur disini.Di kamar adikku hingga pagi datang.Ku tengok adikku masih tetap terpejam matanya.
Itu sudah biasa,karna ia selalu bangun agak siang.Aku pun bergegas berlari menuju pintu depan.Ku dapati pak Mamad berdiri dengan berkacak pinggang,dan wajahnya yang merah semu penuh kemarahan.Ia adalah juraganku,aku bekerja padanya sebagai seorang buruh cuci yang hanya dibayar dengan upah yang tak banyak.Ia melototiku degan tatapan tatapan tajam,jika sudah begitu  aku tak berani menengadahkan kepalaku keatas sedikitpun.Aku hanya menunduk saja.

    gak tau diri,sudah dikasihani,masih saja bikin ulah!!” geram pak Mamad.
   
    maaf pak.saya terlambat datang ke rumah.Tadi......”

    Tanpa basa – basi,sebuah tamparan tiba – tiba saja melayang di pipi kiriku.Aku merasakan rasa perih yang amat sangat.Kurasa ujung bibirku agak berdarah.Namun aku masih saja tetap menunduk,aku tahu,jika aku berbicara pastinya saat ini juga aku akan dilarang keras bekerja lagi kepada pak mamad.Hanya pak Mamad satu – satunya tumpuan hidupku kini.Aku tak tahu,apa yang akan terjadi pada kehidupanku selanjutnya jika aku tak bersegera meminta maaf kepada pak Mamad.

    Dina terbangun dari tidurnya,ia mendengar suara tamparan berasal dari depan rumahnya.Ia mencoba bangkit dari tidurnya,dengan berjalan agak sempoyongan ia mencoba membelaku di depan amarah pak Mamad.

    pak Mamad,jangan jadi orang jahat dong! Kak Dini salah apa,dia kan rajin bekerja pak.kenapa pak Mamad memukulnya?” bela Dina dengan nada lugunya.
Dina memang masih sangat kecil,umurnya baru menginjak 5 tahun berjalan.
   
    Tak kuasa aku menahan rasa haruku.Perlahan mataku mulai berair.Melihat keberanian dan kegigihan adikku,Dina,yang mencoba membelaku.

    mbak mu ini sudah bikin salah,mulai detik ini,dia udah bukan buruh cuci lagi di rumahku!” ucap pak Mamad masih dengan nada tingginya.Kini tangannya sudah berpindah ke depan dadanya dengan dilipat erat.

    Mendengar keputusan pak Mamad,seketika itu pula aku langsung bersujud.Tanganku bergerak mencoba meraih kaki pak Mamad.Berharap ia dapat menarik kembali perkataannya yang baru saja ia lontarkan.Pak Mamad mencoba menyingkir,namun genggaman tanganku yang mengikat erat di pergelangan kakinya sangatlah kuat.Pak Mamad hampir tak bisa berkutik,akhirnya ia pun menarik lagi keputusannya.Aku menghela nafas panjangku,rasa syukur seketika itu langsung terlontar di falam hatiku.Akhirnya,aku dapat berjuang lagi dalam mencari penghidupan.Terima kasih Ya Allah,aku tahu semua ini adalah pertolonganmu.

    kalau bukan karna aku kasihan melihat wajah adikmu ini,aku tak akan pernah mencoba memaafkanmu!!” kata pak Mamad yang kemudian berlalu pergi.

    Segera aku berjalan mengikutinya dari belakang,sesaat ku toleh wajah sayu Dina,ia melambaikan tangannya.Aku tersenyum sesaat dan membalas lambaian tangannya dan akhirnya berbalik badan dan tak berpaling lagi.aku akan berjuang demi kita Dina,demi kehidupan kita.Doakan aku ya!!” ucapku dalam hati.Sambil terus berjalan mengekor di belakang pak Mamad untuk menuju rumahnya.

                                        ***

    Sore hampir petang,mega merah terlihat menghiasi langit – langit bumi.Bergegas aku pulang menuju rumah dengan sekantong plastik hitam berisi sebungkus nasi putih untuk adikku,Dina.Pastinya kini ia tengah dilanda kelaparan yang melilit perutnya.Karna sedari kemarin,ia belum makan satu butir nasi pun.Ia hanya meminum air sumur yang belum ku masak karna kayu bakar telah habis.Memang sudah dua hari ini aku tak pergi ke hutan,karna cuaca yang selalu mendung bahkan hujan disertai petir yang datang akhir – akhir  waktu ini.
aku tak berani datang ke hutan seorang diri,terlalu berbahaya untukku.

    Sampailah aku di depan gubukku,ku dapati Dina sedang berdiri mematung menunggu kadatanganku pulang.Seketika ia tersenyum penuh kegembiraan melihatku membawa sekantong plastik di tangan kananku.Pastinya ia sudah menduga bahwa yang ku bawa ini adalah sebuah makanan untuknya.

kau sudah siap untuk bertempur,Dina?” sapaku yang seketika membuat Dina mengernyitkan dahi sesaat.

bertempur dengan siapa kak,aku kan tidak punya musuh.Aku selalu berbuat baik sama orang” jawabnya dengan penuh kepolosan.

maksud kak Dini,kamu siap kan bertempur...........menghabiskan nasi ini?” ucapku pada akhirnya.Dina melonjak kegirangan.

ouh,siap dong kak!” serunya penuh semangat.Tangannya ia angkat keatas kepalanya layaknya ia hormat kepada pemimpin bersenjata.

    Melihat ia seceria itu,aku hanya bisa tersenyum penuh kelegaan.Saat ini,memang hanya Dina yang dapat menghiburku setiap aku pulang dari bekerja.Serasa senyum manisnya itu dapat meruntuhkan segala rasa lelahku.

    Setelah itu,aku dan Dina bergegas masuk ke dalam gubuk kami.Ku buka bungkusan nasi yang tanpa lauk itu,dan ku sodorkan ke arah Dina.Kemudian ia berlari menuju dapur dan kembali dengan membawa beberapa butir garam.Sesaat setelah itu ia sudah asyik melahap makanan yang sangat sederhana itu.Tak disangka – sangka,baru beberapa menit saja ia makan,nasi itu sudah habis tak bersisa.Aku menelan ludah,ku pegangi perutku yang mulai keroncongan.Sebenarnya makanan itu ku beli untuk ku makan bersama dengan adikku. Namun ia terlihat lebih lapar dariku,ku relakan semua nasi itu dimakannya.Toh,besok aku akan makan juga,entah kapan itu.

                                        ***

    Malamnya entah mengapa,rasanya ingin sekali aku tidur bersama dengan Dina.Ingin aku memeluknya,menjaganya,dan melindunginya.Aku tahu ia sudah lama tak merasakan sebuah pelukan dari ibunya,dan saat ini hanya aku yang dapat melakukannya.Kini aku tak ada bedanya dengan emak.Emak dulu selalu senantiasa menjaga Dina,dan sekarang akulah yang melakukannya.
   
    Dina,kamu belum tidur?” tanyaku seraya masuk menuju kamarnya dan mendekat ke arah ranjang tidurnya.

    Ia menggeleng pelan,mukanya terlihat cemberut.Kali ini aku tak dapat membaca fikirannya,aku tak tahu apa yang membuat wajahnya seperti itu.Ku belai rambut panjangnya,
sesaat sebelum ku tanya mengapa ia begitu sedih.

    kak,aku ingin minum susu.Susu putih yang segar dan nikmat.Kak Dini tau dimana ada susu kayak gitu?” tanyanya yang membuatku sedikit terkejut.

    susu,kok tiba – tiba Dina ingin minum susu sih.Emangnya Dina habis mikirin apa?” tanyaku balik kepada Dina.

    Akhirnya ia menceritakan sebab ia tiba – tiba merengek meminta minuman susu.Ia bermimpi berjalan di sebuah ladang hijau yang sangat luas,udaranya sejuk,dan tak ada orang yang ada di tempat itu selain dia.Ia berlari ke segala arah sambil bernyanyi – nyanyi bersama kupu – kupu yang berjalan terbang mengelilinginya.Hingga akhirnya ia melihat sebuah aliran sungai besar,airnya berwarna putih dan rasanya sangat manis sekali.Dia menjulukinya sungai air susu,karna rasanya mirip dengan rasa susu kaleng yang ada di toko penjual susu,bahkan rasanya lebih manis dan lebih terasa nikmat.Namun ketika ia akan menceburkan diri ke sungai itu,tiba – tiba saja ia sudah terbangun karna mendengar sebuah suara tamparan yang sangat keras sekali.Aku tahu itu,itu adalah kejadian kemarahan pak Mamad tadi pagi.Ia menamparku dengan sangat keras dan penuh kekejaman.

    tapi kak Dini belum punya uang buat beliin Dina susu.Insya Allah kalau pak Mamad udah ngasih kak Dini uang,pasti kak Dini beliin susu.Dina sabar yaa?” ucapku memohon kesabaran Dina.

    Aku tak begitu berharap,apakah aku bisa mewujudkan apa yang ia inginkan.Aku hanya dapat bersembunyi di balik kata Insya Allah.Karna pasti dibalik kata itu,akan ada pertolongan Allah yang sangat besar.Dina hanya mengangguk pelan.

    Esoknya aku kembali bekerja di rumah pak Mamad.Ku usahakan datang lebih awal dari biasanya aku berangkat.Aku takut,kejadian kemarin terulang lagi.Aku tak ingin mendapat amukan pak Mamad lagi,dan akhirnya aku diberhentikan bekerja lagi di rumahnya.
Aku tak mau,ada sebuah alasan aku ingin terus bekerja,meski harus menerima kekejaman pak Mamad yang sangat bengis.Yakni untuk mempertahankan kehidupanku dan Dina,adikku.

    Seperti hari-hari sebelumnya,di setiap sore menjelang malam.Langkah kakiku sudah mulai berjalan menapaki jalanan bebatuan menuju rumah.Tak lupa pula,sekantong plastik hitam berisi sebungkus nasi tak pernah lupa aku bawake rumah untuk ku berikan Dina.Meski rasa lelah setelah seharian bekerja penuh di rumah pak Mamad,seketika sirna ketika tapak demi tapak kakiku sudah berjalan mendekati gagang pintu rumahku.Namun ada pemandangan berbeda kali ini,tak biasanya Dina tak berdiri disana.Di depan rumah dengan wajahnya yang tersenyum melihat kedatangannku.Kali ini,ia tak ada di depan pintu itu,lalu dimana Dina kini.Mungkin saja ia sudah menunggu di dalam rumah.

Dinaaa! Kak Dini pulang,hayoo kamu ngumpet dimana.Kakak tebak yah,nanti kalau Dina kepergok ngumpet,nasi hangat ini biar buat kakak aja!!” sapaku mengarah pada ruang depan yang tampak tak ada Dina disana.

    Namun ucapanku tak ada yang menjawab,tak ada Dina di ruang ini.Ku tengok ia di dalam kamarnya,namun kamarnya kosong.Aku juga berlari ke dapur,Dina jga tak ada disana.
Astaga,dimana Dina Ya Allah! Tak biasanya ia keluar rumah sekali ini,aku tahu,ia tak punya teman,karna taka ada yang mau berteman dengannya.

    Segera aku berlari kembali ke depan rumahku,ku letakkan plastik berisi sebungkus nasi untuk Dina diatas meja lusuh di sudut ruang depan.Ku tutup kembali pintu rumahku dari luar dan berlari menuju jalan raya untuk mencari Dina.Dengan langkah tergesa – gesa,ku coba tanyakan keberadaan Dina kepada tetangga sekitar rumahku.Namun hampir semua jawaban mereka sama,mereka tidak melihat adikku melintas di depan rumah mereka ataupun sekedar melihat Dina bermain dengan teman – temannya.Aku yakin,jawaban mereka yang kedua tidaklah mungkin terjadi,karna sekali lagi,Dina tak punya teman dan tak ada yang mau berteman dengannya.Lalu jika tak ada yang mengetahui keberadaan Dina kini,harus kemanakah aku mencarinya sekarang?

                                        ***

    Langkah demi langkahku sudah terasa berat,berjalan terseok – seok tak tentu arah.Nafas yang mulanya terengah – engah kini mulai habis.Denyut di kepalaku juga tak berhenti menggeming,membuatku melirih kelelahan.Sudah dua jam aku berjalan meninggalkan rumah yang tak ku kunci.Aku tak memedulikannya lagi,yang ada di fikiranku  saat ini hanyalah bertemu dengan sosok kecil pelengkap hidupku,Dina.Sudah sejak jam 8 malam tadi,aku tak kunjung menemukan keberadaan adikku.Padahal kurasa aku sudah berjalan cukup jauh dari rumahku yang berada sekitar 5 km di arah belakangku.Dina,ada apa dengan fikirannya?mengapa tiba – tiba saja ia pergi meninggalkan rumah dan tentunya meninggalkanku juga.Tak kuasa ku bendung air mata yang sudah penuh sesak di kedua kelopak mataku.Yang kemudian jatuh mengalir di pipi.

Dina.” Desahku lirih, ketika aku tepat berdiri di bawah neon lampu merah yang menerangi jalanan raya yang penuh kemacetan.

Ada seseorang yang menepuk bahuku dengan keras.Aku tersentak sesaat, kubuka mata ini perlahan. Ternyata dia adalah orang yang tak ku kenal. Ia membentak dan mengusirku.

heh gembel!pergi dari sini,gua mau buka toko nih!! Ganggu aja” ucapnya seraya memukuliku dengan sapu lidi.

aww!maaf bang,saya ketiduran disini.Maaf bang,tapi saya mau tanya bang.Abang liat adik saya nggak?” tanyaku sambil meringis kesakitan.

mana gua tau,apa urusannya sama gua.Loe kira gua abang lu,lu panggil – panggil abang kayak gitu.Udah,pergi sana!!” ucapnya sambil terus memukuliku,Akupun menyingkir dari tempat itu.

    Setelah menghabiskan waktu yang cukup lama,akupun akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah.Mengingat ada suatu pekerjaan yang harus ku lakukan.Yakni mencuci baju di rumah pak Mamad.Namun setelah itu,aku akan tetap pergi kembali untuk mencari Dina.Aku yakin,ia membutuhkanku sekarang.

                                        ***

    Sore senja kembali datang dengan hiasan mega yang menghiasi langit biru.Pulang dari rumah pak Mamad,aku langsung kembali ke jalanan untuk mencari Dina.Ku lewati arah yang berbeda dari sebelumnya.Mungkin saja kali ini aku mendapat petunjuk dari Allah.Aku tak ingin ada apa – apa terhadap Dina,ia masih kecil.Ia belum kuat untuk menjalani kehidupan luar yang begitu kerasnya.

    Baru saja ku lewati dua belokan menuju jalan raya,tiba – tiba saja ada seseorang yang memanggilku.Suaranya seperti pernah ku kenal,namun aku lupa siapa pemilik suara itu.Ku arahkan kepalaku ke belakang,astaga,ternyata ia emak.Ia tengah berlari menuju tempat ku berdiri.Aku cukup tertegun agak lama.Tak percaya bahwa yang sedang berlari itu adalah ta  emak.Mata emak terlihat sembab,seperti ia habis menangis.Raut mukanya juga terlihat sendu.Kini ia sudah berdiri tepat di depanku.Ia mulai menyentuh wajahku dengan kedua tangannya.

Dini...” ucapnya lirih,bahkan hampir tak bisa ku dengar.

emak !! emak ngapain kesini lagi.Bukannya emak sudah pergi meninggalkan aku dan Dina.Bukankah emak pergi untuk bersenang – senang.Kenapa sekarang emak berani datang kesini lagi!! Emak pengen Dina tau kalo ternyata emak itu seorang ibu yang tega meninggalkannya?” cercahku beruntu kepada emak.

    Nafasku mulai tersengal – sengal,emosiku memuncak.Masih teringat jelas kejadian beberapa tahun yang lalu ketika emak dan bapak membodohiku dengan janji – janjinya untuk pergi mencari uang.Semua itu hanyalah alasan mereka saja.Buktinya mereka tidak pernah memberi kabar.Dan sekarang tiba – tiba emak muncul ketika aku sudah tak lagi memikirkan tentang status orang tuaku.Dan lebih pedihnya lagi,ketika Dina kini hilang entah pergi kemana.

    Aku hendak berbalik badan untuk meninggalkan emak yang sudah terhias wajah penuh dengan penyesalan di raut mukanya.Namun tangannya menarik tanganku,emak mencoba mencegahku pergi.Sebenarnya aku tak boleh bertindak seperti ini,bagaimanapun keadaannya emak tetaplah emak.Dialah satu – satunya orang yang berjasa di hidupku.Dialah orang yang sudah melahirkanku.

Dini,duduklah.Dengarkan dulu penjelasan emak!” pintanya seraya mendudukkanku di sebuah bangku kecil di tepi jalan setapak.Tangannya menggenggam erat kedua pundakku.

maafkanlah emak ya,sudah lama emak tak mengunjungimu lagi di kampung ini.Tapi,emak hanya pingin kamu tau.Emak masih sayang sama kamu,Dini!!” ucap emak lirih,matanya sudah mulai menangis lagi.

    Tanpa ku duga,tiba – tiba saja ada sesuatu yang keluar dari arah kedua ujung mataku.Ah,apakah aku menangis? Tanpa terasa,lama aku tak berada di sisi emak membuatku cukup memendam rasa rindu yang begitu memuncak di dalam sisi hatiku.Awalnya aku mengelak rasa ini,namun begitu ku lihat rupa emak yang masih sama seperti dulu,seketika itu pula aku ingin sekali memeluknya,bersandar lagi di bahunya seperti saat-saat sebelum ia meninggalkanku.Ku akui,aku masih menyayangi emak.lalu...kenapa emak tak pernah memberi kabar Dini lagi,emak tau,aku disini berjuang sendirian demi Dina,mak!!” sanggahku.emak tau itu Dini,emak sangat memahami itu.Biarkanlah emak kembali lagi yah,beri  ke kesempatan emak sekali ini.Sekarang ikut emak ke suatu tempat,yah!!” ajaknya kemudian.

    Aku menurut saja,ku ikuti langkah kaki emak yang berjalan menuju sebuah tempat pemakaman umum yang berjarak sekitar satu kilometer dari kampungku.Disana,emak menunjukkan sebuah gundukan tanah dengan nisan yang tertancap di atasnya.Nama orang di nisan itu kuakui tak dapat ku kenali,namun hanya tanggal kematiannya saja yang masih terlihat jelas.Orang yang telah tertidur panjang di dalamnya itu sudah meninggal sejak 2 tahun yang lalu,ini bapak,Dini!!” kata emak.

    Deg!!aku terpaku sesaat lamanya sampai emak akhirnya membuyarkan semua keterpakuanku dan di sampingnya,itu adalah....DINA” tambahnya.

    Hah!! Apakah yang baru saja ku dengar itu adalah kebohongan emak saja? Ku arahkan mataku menuju sebuah kuburan baru yang terlihat tanahnya yang masih basah.
kuburan itu terletak tepat di sebelah kuburan bapak.
dua hari yang lalu,ketika emak berjalan di sepanjang jalan menuju arah rumah kita.Saat itu pikiran emak sedang kalut.Tiba – tiba saja ada seorang gadis kecil perempuan yang berlari mengarah ke emak.Emak sempat bingung mengapa ia mendekati emak.Di tangannya ia sedang membawa foto emak yang kelihatan lusuh.Seketika itu pula emak yakin kalau itu adalah Dina” jelas emak panjang lebar.
emak,apan sih yang emak bicarakan? Mana ada Dina meninggal,emak Cuma ngarang cerita aja kan,supaya aku bisa memaafkan emak?hah!!” cergahku menuduh emak.

    Aku terjatuh terduduk diatas kuburan Dina.Tak bisa ku percaya semua pernyataan yang sudah emak katakan.Padahal baru beberapa hari yang lalu aku masih bercanda dengan Dina.Dan sekarang orang yang selalu ku ajak bercanda itu sudah tertidur tenang di dalam tanah sana“semua ini gara – gara emak,semua kejadian tadi pagi berjalan begitu cepat,Dini.Emak berjalan tergesa – gesa sambil berlari untuk menghampiri Dina yang melambaikan tangannya di seberang jalan.Dan ketika itu Dina berlari pula ke tengah jalan hingga akhirnya ia tak tau jika ada sebuah truk  yang berjalan cepat mengarah ke arahnya.Dina....” suara emak terputus sesaat.

“Dina tak terselamatkan,Dini”ucap emak pada akhirnya.

    Nafasku tertahan sesaat,dan kemudian mulai sesak menghimpit dada.Bibirku bergetar tak kuat mendengar pernyataan emak yang masih belum dapat kupercaya sepenuhnya.Ya Allah,benarkah semua ini?mengapa semua takdir ini begitu menyakitkan untuk ku alami Ya Allah?sungguh,aku tak kuat menghadapinya.

    Dina,apakah ini maksudnya meninggalkan rumah dengan membawa sebuah petunjuk foto yang ia ambil dari balik alas tidurku.Dina,mengapa harus ia yang berkorban demi mempertemukan aku dan emak.Ya Allah,aku tau ini semua caramu untukku yang terbaik.Tapi haruskah kau ambil pula Dina dari sisiku.Tak cukupkah kau ambil bapak,Ya Allah?

    Dina,meskipun kau tak dapat menjawab semua pertanyaanku saat ini,karna pastinya sekarang kau sudah berbahagia disana.Aku akan berusaha menerima semua yang kau rencanakan untukku,Dina.Terima kasih untuk semua perjuanganmu untuk menyatukanku dengan emak.Aku cukup tau balasan apa yang kini telah kau dapat di atas sana.Mendengar cerita mimpimu yang berjalan di atas dataran hijau bersama ribuan kupu – kupu yang mengelilingimu.Aku sekarang tau dimana posisimu sekarang Dina.Yah,disana di tempat dimana sekarang para kupu – kupu itu.

    Aku pun berjalan keluar bersama emak meninggalkan kuburan Dina dan bapak.Kini aku tak sendirian,ada emak pengganti Dina sekarang.Tak ada lagi tawa ceria Dina.Namun ada tawa emak sebagai pengisi gubukku.Dan tentunya Pak Mamad tak akan memperkerjakan aku lagi.Karna sudah ada emak yang akan menggantikanku mencari uang.Tapi tak akan lagi pada pak Mamad,karna pastinya emak tak akan sudi bekerja kepada orang yang sudah menindas anaknya.

…TAMAT…

Cerpen asli sebelum diubah menjadi ”Tentang Dina”

Dalam antologi cerpen “Dialah Kyaiku” karya anak Aliyah Darussalam

Blokagung Banyuwangi,penerbit Digna Pustaka.

tahukah anda manfaat pemanasan sebelum olahraga ???

    Mungkin anda dari pemanasan kecil digunakan untuk melakukan kegiatan atau pemanasan sebelum berolahraga. Pada saat sekolah pertama kita diajarkan untuk pemanasan terlebih dahulu sebelum masuk ke pelajaran praktek olahraga di lapangan.Setidaknya kita disuruh joging di sekitar lapangan atau sekitar jalanan di luar sekolah. Ketika gym di pagi hari bersama dengan gerakan apapun akan pemanasan latihan bagi mereka yang datang tidak terlambat.
Ada mungkin bertanya-tanya mengapa pemanasan harus dilakukan? apa fungsi dan manfaat pemanasan sebelum aktivitas fisik berat seperti olahraga? Dan berbagai pertanyaan lain yang mungkin tidak dijawab hingga saat ini. Yang pasti adalah sangat penting untuk melakukan pemanasan sebelum latihan. Daripada menyesal kemudian karena tidak memanas sendiri, kemudian melakukan pemanasan bahkan jika hanya sebentar.

A.  Fungsi / Manfaat Pemanasan Sebelum Olahraga
    Olahraga yang melibatkan gerakan otot, sendi dan tulang dalam intensitas yang cukup besar. Dengan demikian olahraga darah hangat yang kaya nutrisi dan oksigen akan mengalir ke otot sehingga siap untuk didorong bekerja lebih keras. Sedangkan kegunaan atau manfaat dari latihan itu sendiri adalah untuk memperkuat otot, tulang, jantung, paru-paru dan sirkulasi darah.


B. Jenis / Bentuk Pemanasan Para Cepat dan Mudah
    Pemanasan atau pemanasan dapat dilakukan tanpa bantuan alat apapun dan tanpa biaya, yaitu dengan jogging ringan, senam aerobik ringan, joging di tempat, dan lain-lain. Cukup untuk tubuh kita berkeringat, panas dan merasa cukup pemanasan sekitar 5 sampai 15 menit dapat diikuti oleh otot peregangan atau streching selama beberapa menit untuk otot-otot Anda lebih fleksibel untuk digunakan kemudian.


C. Efek, Dampak, dan Efek Tidak Melakukan Pemanasan Olahraga
    Tanpa pemanasan yang memadai sebelum melakukan latihan aktivitas yang dominan menggerakkan otot-otot, sendi dan tulang dapat mengakibatkan cedera pada otot dan cedera sendi. Tentu saja, cedera akan sangat mengganggu aktivitas dan mungkin sangat menyakitkan dan membutuhkan perawatan medis lebih lanjut. Cedera otot dapat keseleo, salah urat, keseleo, kram otot, nyeri otot, dan sebagainya.


D. Peregangan / Streching yang Baik dan Benar

    Setelah pemanasan yang membuat keringat sedikit, kemudian diikuti dengan peregangan otot atau strenching. Baik pemanasan dan peregangan harus dilakukan dalam, ringan berkapasitas rendah tidak terlalu berlebihan. Jika dilakukan berlebih dapat menyebabkan cedera sendi. Jangan biarkan olahraga belum merasa lelah atau kelelahan berat. Jika dilakukan dengan benar maka tubuh akan siap untuk melakukan aktivitas olahraga.Kemudian bekerja dengan perasaan gembira tanpa paksaan dan melupakan semua masalah yang ada.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAhWqsU5ZVZaOkgu2QpgZArrCB30-TBwKSMw8h43QSLhNssj50q7nHR4nEuGWwunPNF_I8MjNs7yUh2uP-0WEiNOPd1szHeRlxUHnt0K6MvvRpBmurvr4MGJ5SbUO0sDOTe4f4kIJbE6BX/s200/standanddeliver.jpeg
1. Stand and Deliver (1987) Film klasik yang menggambarkan pentingnya peran guru dalam masyarakat saat ini. Pesan yang dapat ditangkap adalah: bahwa seorang guru tidak pernah percaya bahwa siswa tidak dapat belajar. Edward James Olmos, dalam kisah nyata ini, berperan sebagai Jaime Escalante,  seorang guru yang  memiliki set view yang jauh lebih tinggi terhadap konsep pendidikan yang revolusioner, hingga usahanya mampu membuat muridnya  lulus ujian AP Calculus. Lihat saja filmnya untuk melihat sisi menarik lainnya.

Link Free Online Watch nya:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjWQohSwemPAsjwQgbJ0L9B_E83K9NEQ9pmJbQkRtXVxb4FdLPjRsi6XT9YLU0p4H0fWYImw-NpK0aE7WgG3TvfMqcMz8lU9BYXicZ4OthBeWvh3IMFP5cAGHJPO_g4OA6o-QhmRbnzR1X/s1600/310-movie-poster.jpg
2. Dangerous Minds (1995) Film ini menceritakan tentang pengajaran Bahasa Inggris di suatu sekolah di sebuah kota yang keras, Michelle Pfeiffer berperan sebagai seorang guru bernama LouAnne Johnson, guru bahasa Inggris yang dapat meraih simpati siswa-siswanya, yang sebelumnya dicap sebagai the "unteachable" students, melalui perhatian dan pemahaman yang mendalam. Dangerous Minds tidak jatuh ke dalam sentimentalitas picisan, namun mengajarkan kita tentang pentingnya membuat pilihan kita sendiri dan tidak membiarkan keadaan menjadi raja yang terus menghantui masa depan kita. Kaitannya dengan bahasa inggris, Film ini banyak mengajarkan kepada saya bahwa mengajar bahasa bukan semata suatu pengajaran teknis, tetapi juga pengajaran rasa, karena bahasa adalah suatu alat komunikasi antar manusia yang indah dan tidak ada bandingannya. 

Link Free Online Watch-nya:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiBBOpsGUVxJ1-m7401NFHF9nzVIQmLz2Fu-jiRq_Tx0YMVmdX3w-9My0RdMdB3T7I9PqmnOaJmtY4Oa_L43gDZ_Pssihrebxp25BTmFr1TxjslSrMmiA6_-D8514KP4wE1h-mjZ8nf72m/s200/lean-on-me-movie-poster-1010248173.jpg
3. Lean on Me Morgan Freeman memainkan Joe Clark, Seorang Kepala sekolah yang memiliki tugas berat untuk membawa disiplin tinggi dan kemauan belajar pada para siswa Eastside High School di New York. Sementara kasusnya adalah ia tidak selalu sepemahaman dengan  para guru lain, dimana menurutnya akan sangat menyenangkan jika seorang Kepala Sekolah lebih menekankan pentingnya disiplin dan pembelajaran di sekolah . Film ini menunjukkan pentingnya memiliki kepemimpinan yang kuat dan tegas.

Link Video Online-nya:



 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2OpU6Uk2dXasHl164gSXcSl5_x3twwwxi2aYXOCD_IwT3NgQllZa8S14DyC9X4f2xFm7dD3-0PkKDXpIGSTgQBcXSBVueiG-8HG3MIwFYBAEEoGbzIom3OlcdTxn29HfELSzsycnJD1ax/s200/611jEh%252Bq0QL._AA300_.jpg4. Mr Holland's Opus Film ini sangat berkesan dan memberikan semua guru harapan dan pemikiran bahwa sesungguhnya mereka benar-benar berdampak pada siswa mereka. Richard Dreyfuss adalah adalah seorang musisi / komposer yang harus mengambil pekerjaan sebagai pengajar untuk mendukung ekonomi keluarganya.

 Link Online-nya:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimOWK1ZFELP42aHIkgTKT5QgyqkUt8oRYnIJRpz6zlGI-caAUMGHNBC78KKJh5pVWJ-7Y-AQTLs7x8DtaX63rHiYkzG35vIKXxKmsPh3twHYMzStZdmR2pTQ-nV5HKFhIu1MoFJRgZG1zb/s1600/DeadPoetsSociety.jpg
5. Dead Poet's Society Robin Williams memberikan kinerja yang mengagumkan sebagai guru bahasa Inggris yang sama sekali tidak konvensional dalam sebuah sekolah swasta yang sangat konvensional (baca konservatif). Kasih sayang tulusnya dan inspirasi metode pengajarannya memiliki dampak yang besar pada murid-muridnya.Selanjutnya, Pembacaan puisi oleh Williams terkesan sangat menakjubkan.

Link Online-nya:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibzNmP-kyV1N7umhE8NDyT4MD7JZKISg3cMrvI6-6_wr3I3UmKhbfbGWOLg3TGP1d3UTGM9Ar9lGvJZE40gRkZzYBvx0vCyT0sX7LtjL_yTp0mH_Td5qyKTL8Mx2oHW0O_AVplamrbh_r_/s1600/144151To-Sir-with-Love-Posters.jpg
6.To Sir With Love Diproduksi pada tahun 1967, film ini bercerita tentang Sidney Poitier. Certa di dalamnya banyak memberi inspirasi buat kita  tentang bagaimana mengajar pada masa kini. Poitier mengambil posisi mengajar di sebuah sekolah di pinggiran London yang keras guna melunasi tagihan hutangnya yang menumpuk. Menyadari bahwa murid-muridnya perlu diajarkan pelajaran hidup yang lebih penting daripada kurikulum yang telah ada, dia melempar keluar semua rencana pembelajaran konvensional yang telah ia susun dan membuat pengaruh yang nyata dan luar biasa terhadap kehidupan pribadi para muridnya itu. Hmmm, Very inspiring!

Berikut link online:

7. The Miracle Worker
Noun
1.
miracle worker - a person who claims or is alleged to perform miracle (orang yang mengaku atau diduga mampu menghadirkan keajaiban)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfLyV5dRHyYP5X4aFU8lP6phXplyotnliwnqV7HRSUEoQvplr86jAnDsc8NFpxsrfznlGkUtxf0sNbP6yK-8cV_UWPgomyhxK4LVx573ThkXI2TCadsX1TlE6FxfbbLAgw2xA-5rKh9kZW/s200/tt0056241.jpgSebuah film yang cukup classic (1962) yang menceritakan tentang keajaiban dalam pengajaran. Anne Bancroft berperan sebagai Annie Sullivan yang menggunakan 'kasih keras' kepada Helen Keller, yang buta dan tuli, yang dimainkan oleh Patty Duke. Sangat sedikit orang dapat menonton adegan-adengan dalam film ini tanpa mengalami rasa kemenangan dan kelegaan. Film ini memberikan sebuah gambaran tentang pentingnya keteguhan hati. Baik Bancroft dan Duke memenangkan Academy Award untuk film ini.

Link Online-nya:
Belum ada, coba anda cari dulu, tapi kalo benar-benar tidak ada akan saya upload file offline-nya. (^^)


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBHNVWm_4zZu6IRRFv6C9cKN_SdiUyC_u3sSxliek7wnNoq0kki24xE8P1avdhjdzsqwwV7f27S74WZ6Jz3fY91LV5V-zwpkShwOA-KO9-m5kOJPHHzbFsIjA3paCHQpE4XD6todEk4yql/s200/200px-Renaissance_man_poster.jpg
8. Renaissance Man Kinerja Danny DeVito sebagai guru dari 'Double-D's' sangatlah mengagumkan, guru yang humoris dan inspiratif . Apa yang tampaknya hanya sebagai sebuah komedi ringan, namun sebenarnya dibalik itu memiliki makna yang jauh lebih dalam. Karakter yang dibawa DeVito membuktikan bahwa William Shakespeare  memiliki banyak pemikiran, pelajaran, dan inovasi untuk mengajar siswa-siswanya. Renaissance Man pada akhirnya mengajarkan pelajaran hidup yang penting tentang tanggung jawab dan pembentukan karakter.