SELAMAT DATANG DI WEB AS-SAIDIYYAH DORMITORY

Rabu, 27 Mei 2015


KASIH TULUS DINA

    Setetes air bening jatuh tepat diatas keningku,lalu berulang dan berulang terus menerus.Aku terkesiap,ku lihat ada yang sengaja meneteskan air itu.Aku mendongak ke atap kamarku yang hanya terbuat dari anyaman daun – daun kelapa yang kini sudah agak menguning.Ternyata disana ada sedikit celah yang mengakibatkan air hujan masuk ke dalam kamarku.Segera aku berlari ke arah dapur untuk mengambil ember yang nantinya akan menampung tetesan air di kamarku itu agar tak sampai menembus ke alas tidurku.Karna kalau sampai terjadi,pastinya alas tidur yang hanya terbuat dari kumpulan kain – kain perca itu sudah basah oleh air hujan.Ku tengok pula jendela kamarku yang berada di sisi kanan tempat tidurku,memang benar adanya hujan deras tengah mengguyur gubukku.

    Setelah kurasa aman,aku berjalan melangkah menuju kamar dimana tempat adikku tertidur.Ku sibak kain bekas yang sekaligus menjadi gorden yang kini tengah menggantung diatas pintu kamar adikku.Alhamdulillah,adikku masih terlihat sedang bermimpi indah.Kain handuk kecil yang menempel di keningnya juga masih tetap berada di tempatnya,demam tinggi yang mendera tubuhnya selama seminggu ini memang membuatku sedikit agak kewalahan mengurusinya seorang diri.Betapa tidak,kini di gubuk kecil ini memang hanya ada aku dan seorang adik perempuanku saja.Emak dan bapak telah pergi meninggalkan kami bersama dengan ego mereka masing – masing.Mereka memutuskan untuk berpisah dan pergi keluar rumah dengan tujuan mereka masing – masing.Dan hingga kini,mereka tak pernah pulang kembali.

    Saat itu aku dibodohi oleh mereka dengan alasan mereka ingin mencari tempat yang dapat menghasilkan uang lebih banyak.Dan saat itulah aku terakhir kali bertemu emak dan bapak.Ketika itu,adikku masih sangat kecil.Dia belum tau dan belum begitu mengerti bagaimana rasanya kasih sayang dari seorang emak dan seorang bapak yang seharusnya mengasihi dan menyayanginya,bukan malah mencampakkannya.Namun rasa marah dan kecewa itu sudah mulai hilang,aku memang sudah tak memikirkan kedua orang tuaku lagi.Bahkan bisa dibilang aku agak lupa bagaimana bentuk wajah emak dan bapakku.Mungkin saking lamanya mereka meninggalkanku.

    Ku angkat handuk kecil itu dari keningnya,kuraba dan ku sentuh wajah adikku yang masih tetap tertidur nyenyak.Panasnya masih tinggi,tak ada perubahan sedikitpun.Aku hanya bisa menahan nafas panjangku,tak bisa ku bayangkan bagaimana rasanya penderitaan adikku,Dina,kali ini.Dalam keadaan tubuh yang sakit ia masih bisa tertidur pulas.Senyumnya tak pernah hilang ketika ia tertidur.Acap kali,pernah aku berfikir suatu saat nanti Dina akan pergi selama – lamanya.Astaghfirullah.namun perasaan – perasaan jelek itu segera ku tepis.Aku tak dapat menggambarkan diriku sendiri ketika sudah tak ada lagi yang menemani kehidupanku,selain hanya Dina seorang.Lagi – lagi ku tahan nafas ini sesaat.

                                        ***

    Sebuah ketukan keras yang berulang – ulang seketika membangunkanku.Aku tersadar,ternyata setelah ku ganti kain untuk pereda panas adikku tadi malam,aku tertidur disini.Di kamar adikku hingga pagi datang.Ku tengok adikku masih tetap terpejam matanya.
Itu sudah biasa,karna ia selalu bangun agak siang.Aku pun bergegas berlari menuju pintu depan.Ku dapati pak Mamad berdiri dengan berkacak pinggang,dan wajahnya yang merah semu penuh kemarahan.Ia adalah juraganku,aku bekerja padanya sebagai seorang buruh cuci yang hanya dibayar dengan upah yang tak banyak.Ia melototiku degan tatapan tatapan tajam,jika sudah begitu  aku tak berani menengadahkan kepalaku keatas sedikitpun.Aku hanya menunduk saja.

    gak tau diri,sudah dikasihani,masih saja bikin ulah!!” geram pak Mamad.
   
    maaf pak.saya terlambat datang ke rumah.Tadi......”

    Tanpa basa – basi,sebuah tamparan tiba – tiba saja melayang di pipi kiriku.Aku merasakan rasa perih yang amat sangat.Kurasa ujung bibirku agak berdarah.Namun aku masih saja tetap menunduk,aku tahu,jika aku berbicara pastinya saat ini juga aku akan dilarang keras bekerja lagi kepada pak mamad.Hanya pak Mamad satu – satunya tumpuan hidupku kini.Aku tak tahu,apa yang akan terjadi pada kehidupanku selanjutnya jika aku tak bersegera meminta maaf kepada pak Mamad.

    Dina terbangun dari tidurnya,ia mendengar suara tamparan berasal dari depan rumahnya.Ia mencoba bangkit dari tidurnya,dengan berjalan agak sempoyongan ia mencoba membelaku di depan amarah pak Mamad.

    pak Mamad,jangan jadi orang jahat dong! Kak Dini salah apa,dia kan rajin bekerja pak.kenapa pak Mamad memukulnya?” bela Dina dengan nada lugunya.
Dina memang masih sangat kecil,umurnya baru menginjak 5 tahun berjalan.
   
    Tak kuasa aku menahan rasa haruku.Perlahan mataku mulai berair.Melihat keberanian dan kegigihan adikku,Dina,yang mencoba membelaku.

    mbak mu ini sudah bikin salah,mulai detik ini,dia udah bukan buruh cuci lagi di rumahku!” ucap pak Mamad masih dengan nada tingginya.Kini tangannya sudah berpindah ke depan dadanya dengan dilipat erat.

    Mendengar keputusan pak Mamad,seketika itu pula aku langsung bersujud.Tanganku bergerak mencoba meraih kaki pak Mamad.Berharap ia dapat menarik kembali perkataannya yang baru saja ia lontarkan.Pak Mamad mencoba menyingkir,namun genggaman tanganku yang mengikat erat di pergelangan kakinya sangatlah kuat.Pak Mamad hampir tak bisa berkutik,akhirnya ia pun menarik lagi keputusannya.Aku menghela nafas panjangku,rasa syukur seketika itu langsung terlontar di falam hatiku.Akhirnya,aku dapat berjuang lagi dalam mencari penghidupan.Terima kasih Ya Allah,aku tahu semua ini adalah pertolonganmu.

    kalau bukan karna aku kasihan melihat wajah adikmu ini,aku tak akan pernah mencoba memaafkanmu!!” kata pak Mamad yang kemudian berlalu pergi.

    Segera aku berjalan mengikutinya dari belakang,sesaat ku toleh wajah sayu Dina,ia melambaikan tangannya.Aku tersenyum sesaat dan membalas lambaian tangannya dan akhirnya berbalik badan dan tak berpaling lagi.aku akan berjuang demi kita Dina,demi kehidupan kita.Doakan aku ya!!” ucapku dalam hati.Sambil terus berjalan mengekor di belakang pak Mamad untuk menuju rumahnya.

                                        ***

    Sore hampir petang,mega merah terlihat menghiasi langit – langit bumi.Bergegas aku pulang menuju rumah dengan sekantong plastik hitam berisi sebungkus nasi putih untuk adikku,Dina.Pastinya kini ia tengah dilanda kelaparan yang melilit perutnya.Karna sedari kemarin,ia belum makan satu butir nasi pun.Ia hanya meminum air sumur yang belum ku masak karna kayu bakar telah habis.Memang sudah dua hari ini aku tak pergi ke hutan,karna cuaca yang selalu mendung bahkan hujan disertai petir yang datang akhir – akhir  waktu ini.
aku tak berani datang ke hutan seorang diri,terlalu berbahaya untukku.

    Sampailah aku di depan gubukku,ku dapati Dina sedang berdiri mematung menunggu kadatanganku pulang.Seketika ia tersenyum penuh kegembiraan melihatku membawa sekantong plastik di tangan kananku.Pastinya ia sudah menduga bahwa yang ku bawa ini adalah sebuah makanan untuknya.

kau sudah siap untuk bertempur,Dina?” sapaku yang seketika membuat Dina mengernyitkan dahi sesaat.

bertempur dengan siapa kak,aku kan tidak punya musuh.Aku selalu berbuat baik sama orang” jawabnya dengan penuh kepolosan.

maksud kak Dini,kamu siap kan bertempur...........menghabiskan nasi ini?” ucapku pada akhirnya.Dina melonjak kegirangan.

ouh,siap dong kak!” serunya penuh semangat.Tangannya ia angkat keatas kepalanya layaknya ia hormat kepada pemimpin bersenjata.

    Melihat ia seceria itu,aku hanya bisa tersenyum penuh kelegaan.Saat ini,memang hanya Dina yang dapat menghiburku setiap aku pulang dari bekerja.Serasa senyum manisnya itu dapat meruntuhkan segala rasa lelahku.

    Setelah itu,aku dan Dina bergegas masuk ke dalam gubuk kami.Ku buka bungkusan nasi yang tanpa lauk itu,dan ku sodorkan ke arah Dina.Kemudian ia berlari menuju dapur dan kembali dengan membawa beberapa butir garam.Sesaat setelah itu ia sudah asyik melahap makanan yang sangat sederhana itu.Tak disangka – sangka,baru beberapa menit saja ia makan,nasi itu sudah habis tak bersisa.Aku menelan ludah,ku pegangi perutku yang mulai keroncongan.Sebenarnya makanan itu ku beli untuk ku makan bersama dengan adikku. Namun ia terlihat lebih lapar dariku,ku relakan semua nasi itu dimakannya.Toh,besok aku akan makan juga,entah kapan itu.

                                        ***

    Malamnya entah mengapa,rasanya ingin sekali aku tidur bersama dengan Dina.Ingin aku memeluknya,menjaganya,dan melindunginya.Aku tahu ia sudah lama tak merasakan sebuah pelukan dari ibunya,dan saat ini hanya aku yang dapat melakukannya.Kini aku tak ada bedanya dengan emak.Emak dulu selalu senantiasa menjaga Dina,dan sekarang akulah yang melakukannya.
   
    Dina,kamu belum tidur?” tanyaku seraya masuk menuju kamarnya dan mendekat ke arah ranjang tidurnya.

    Ia menggeleng pelan,mukanya terlihat cemberut.Kali ini aku tak dapat membaca fikirannya,aku tak tahu apa yang membuat wajahnya seperti itu.Ku belai rambut panjangnya,
sesaat sebelum ku tanya mengapa ia begitu sedih.

    kak,aku ingin minum susu.Susu putih yang segar dan nikmat.Kak Dini tau dimana ada susu kayak gitu?” tanyanya yang membuatku sedikit terkejut.

    susu,kok tiba – tiba Dina ingin minum susu sih.Emangnya Dina habis mikirin apa?” tanyaku balik kepada Dina.

    Akhirnya ia menceritakan sebab ia tiba – tiba merengek meminta minuman susu.Ia bermimpi berjalan di sebuah ladang hijau yang sangat luas,udaranya sejuk,dan tak ada orang yang ada di tempat itu selain dia.Ia berlari ke segala arah sambil bernyanyi – nyanyi bersama kupu – kupu yang berjalan terbang mengelilinginya.Hingga akhirnya ia melihat sebuah aliran sungai besar,airnya berwarna putih dan rasanya sangat manis sekali.Dia menjulukinya sungai air susu,karna rasanya mirip dengan rasa susu kaleng yang ada di toko penjual susu,bahkan rasanya lebih manis dan lebih terasa nikmat.Namun ketika ia akan menceburkan diri ke sungai itu,tiba – tiba saja ia sudah terbangun karna mendengar sebuah suara tamparan yang sangat keras sekali.Aku tahu itu,itu adalah kejadian kemarahan pak Mamad tadi pagi.Ia menamparku dengan sangat keras dan penuh kekejaman.

    tapi kak Dini belum punya uang buat beliin Dina susu.Insya Allah kalau pak Mamad udah ngasih kak Dini uang,pasti kak Dini beliin susu.Dina sabar yaa?” ucapku memohon kesabaran Dina.

    Aku tak begitu berharap,apakah aku bisa mewujudkan apa yang ia inginkan.Aku hanya dapat bersembunyi di balik kata Insya Allah.Karna pasti dibalik kata itu,akan ada pertolongan Allah yang sangat besar.Dina hanya mengangguk pelan.

    Esoknya aku kembali bekerja di rumah pak Mamad.Ku usahakan datang lebih awal dari biasanya aku berangkat.Aku takut,kejadian kemarin terulang lagi.Aku tak ingin mendapat amukan pak Mamad lagi,dan akhirnya aku diberhentikan bekerja lagi di rumahnya.
Aku tak mau,ada sebuah alasan aku ingin terus bekerja,meski harus menerima kekejaman pak Mamad yang sangat bengis.Yakni untuk mempertahankan kehidupanku dan Dina,adikku.

    Seperti hari-hari sebelumnya,di setiap sore menjelang malam.Langkah kakiku sudah mulai berjalan menapaki jalanan bebatuan menuju rumah.Tak lupa pula,sekantong plastik hitam berisi sebungkus nasi tak pernah lupa aku bawake rumah untuk ku berikan Dina.Meski rasa lelah setelah seharian bekerja penuh di rumah pak Mamad,seketika sirna ketika tapak demi tapak kakiku sudah berjalan mendekati gagang pintu rumahku.Namun ada pemandangan berbeda kali ini,tak biasanya Dina tak berdiri disana.Di depan rumah dengan wajahnya yang tersenyum melihat kedatangannku.Kali ini,ia tak ada di depan pintu itu,lalu dimana Dina kini.Mungkin saja ia sudah menunggu di dalam rumah.

Dinaaa! Kak Dini pulang,hayoo kamu ngumpet dimana.Kakak tebak yah,nanti kalau Dina kepergok ngumpet,nasi hangat ini biar buat kakak aja!!” sapaku mengarah pada ruang depan yang tampak tak ada Dina disana.

    Namun ucapanku tak ada yang menjawab,tak ada Dina di ruang ini.Ku tengok ia di dalam kamarnya,namun kamarnya kosong.Aku juga berlari ke dapur,Dina jga tak ada disana.
Astaga,dimana Dina Ya Allah! Tak biasanya ia keluar rumah sekali ini,aku tahu,ia tak punya teman,karna taka ada yang mau berteman dengannya.

    Segera aku berlari kembali ke depan rumahku,ku letakkan plastik berisi sebungkus nasi untuk Dina diatas meja lusuh di sudut ruang depan.Ku tutup kembali pintu rumahku dari luar dan berlari menuju jalan raya untuk mencari Dina.Dengan langkah tergesa – gesa,ku coba tanyakan keberadaan Dina kepada tetangga sekitar rumahku.Namun hampir semua jawaban mereka sama,mereka tidak melihat adikku melintas di depan rumah mereka ataupun sekedar melihat Dina bermain dengan teman – temannya.Aku yakin,jawaban mereka yang kedua tidaklah mungkin terjadi,karna sekali lagi,Dina tak punya teman dan tak ada yang mau berteman dengannya.Lalu jika tak ada yang mengetahui keberadaan Dina kini,harus kemanakah aku mencarinya sekarang?

                                        ***

    Langkah demi langkahku sudah terasa berat,berjalan terseok – seok tak tentu arah.Nafas yang mulanya terengah – engah kini mulai habis.Denyut di kepalaku juga tak berhenti menggeming,membuatku melirih kelelahan.Sudah dua jam aku berjalan meninggalkan rumah yang tak ku kunci.Aku tak memedulikannya lagi,yang ada di fikiranku  saat ini hanyalah bertemu dengan sosok kecil pelengkap hidupku,Dina.Sudah sejak jam 8 malam tadi,aku tak kunjung menemukan keberadaan adikku.Padahal kurasa aku sudah berjalan cukup jauh dari rumahku yang berada sekitar 5 km di arah belakangku.Dina,ada apa dengan fikirannya?mengapa tiba – tiba saja ia pergi meninggalkan rumah dan tentunya meninggalkanku juga.Tak kuasa ku bendung air mata yang sudah penuh sesak di kedua kelopak mataku.Yang kemudian jatuh mengalir di pipi.

Dina.” Desahku lirih, ketika aku tepat berdiri di bawah neon lampu merah yang menerangi jalanan raya yang penuh kemacetan.

Ada seseorang yang menepuk bahuku dengan keras.Aku tersentak sesaat, kubuka mata ini perlahan. Ternyata dia adalah orang yang tak ku kenal. Ia membentak dan mengusirku.

heh gembel!pergi dari sini,gua mau buka toko nih!! Ganggu aja” ucapnya seraya memukuliku dengan sapu lidi.

aww!maaf bang,saya ketiduran disini.Maaf bang,tapi saya mau tanya bang.Abang liat adik saya nggak?” tanyaku sambil meringis kesakitan.

mana gua tau,apa urusannya sama gua.Loe kira gua abang lu,lu panggil – panggil abang kayak gitu.Udah,pergi sana!!” ucapnya sambil terus memukuliku,Akupun menyingkir dari tempat itu.

    Setelah menghabiskan waktu yang cukup lama,akupun akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah.Mengingat ada suatu pekerjaan yang harus ku lakukan.Yakni mencuci baju di rumah pak Mamad.Namun setelah itu,aku akan tetap pergi kembali untuk mencari Dina.Aku yakin,ia membutuhkanku sekarang.

                                        ***

    Sore senja kembali datang dengan hiasan mega yang menghiasi langit biru.Pulang dari rumah pak Mamad,aku langsung kembali ke jalanan untuk mencari Dina.Ku lewati arah yang berbeda dari sebelumnya.Mungkin saja kali ini aku mendapat petunjuk dari Allah.Aku tak ingin ada apa – apa terhadap Dina,ia masih kecil.Ia belum kuat untuk menjalani kehidupan luar yang begitu kerasnya.

    Baru saja ku lewati dua belokan menuju jalan raya,tiba – tiba saja ada seseorang yang memanggilku.Suaranya seperti pernah ku kenal,namun aku lupa siapa pemilik suara itu.Ku arahkan kepalaku ke belakang,astaga,ternyata ia emak.Ia tengah berlari menuju tempat ku berdiri.Aku cukup tertegun agak lama.Tak percaya bahwa yang sedang berlari itu adalah ta  emak.Mata emak terlihat sembab,seperti ia habis menangis.Raut mukanya juga terlihat sendu.Kini ia sudah berdiri tepat di depanku.Ia mulai menyentuh wajahku dengan kedua tangannya.

Dini...” ucapnya lirih,bahkan hampir tak bisa ku dengar.

emak !! emak ngapain kesini lagi.Bukannya emak sudah pergi meninggalkan aku dan Dina.Bukankah emak pergi untuk bersenang – senang.Kenapa sekarang emak berani datang kesini lagi!! Emak pengen Dina tau kalo ternyata emak itu seorang ibu yang tega meninggalkannya?” cercahku beruntu kepada emak.

    Nafasku mulai tersengal – sengal,emosiku memuncak.Masih teringat jelas kejadian beberapa tahun yang lalu ketika emak dan bapak membodohiku dengan janji – janjinya untuk pergi mencari uang.Semua itu hanyalah alasan mereka saja.Buktinya mereka tidak pernah memberi kabar.Dan sekarang tiba – tiba emak muncul ketika aku sudah tak lagi memikirkan tentang status orang tuaku.Dan lebih pedihnya lagi,ketika Dina kini hilang entah pergi kemana.

    Aku hendak berbalik badan untuk meninggalkan emak yang sudah terhias wajah penuh dengan penyesalan di raut mukanya.Namun tangannya menarik tanganku,emak mencoba mencegahku pergi.Sebenarnya aku tak boleh bertindak seperti ini,bagaimanapun keadaannya emak tetaplah emak.Dialah satu – satunya orang yang berjasa di hidupku.Dialah orang yang sudah melahirkanku.

Dini,duduklah.Dengarkan dulu penjelasan emak!” pintanya seraya mendudukkanku di sebuah bangku kecil di tepi jalan setapak.Tangannya menggenggam erat kedua pundakku.

maafkanlah emak ya,sudah lama emak tak mengunjungimu lagi di kampung ini.Tapi,emak hanya pingin kamu tau.Emak masih sayang sama kamu,Dini!!” ucap emak lirih,matanya sudah mulai menangis lagi.

    Tanpa ku duga,tiba – tiba saja ada sesuatu yang keluar dari arah kedua ujung mataku.Ah,apakah aku menangis? Tanpa terasa,lama aku tak berada di sisi emak membuatku cukup memendam rasa rindu yang begitu memuncak di dalam sisi hatiku.Awalnya aku mengelak rasa ini,namun begitu ku lihat rupa emak yang masih sama seperti dulu,seketika itu pula aku ingin sekali memeluknya,bersandar lagi di bahunya seperti saat-saat sebelum ia meninggalkanku.Ku akui,aku masih menyayangi emak.lalu...kenapa emak tak pernah memberi kabar Dini lagi,emak tau,aku disini berjuang sendirian demi Dina,mak!!” sanggahku.emak tau itu Dini,emak sangat memahami itu.Biarkanlah emak kembali lagi yah,beri  ke kesempatan emak sekali ini.Sekarang ikut emak ke suatu tempat,yah!!” ajaknya kemudian.

    Aku menurut saja,ku ikuti langkah kaki emak yang berjalan menuju sebuah tempat pemakaman umum yang berjarak sekitar satu kilometer dari kampungku.Disana,emak menunjukkan sebuah gundukan tanah dengan nisan yang tertancap di atasnya.Nama orang di nisan itu kuakui tak dapat ku kenali,namun hanya tanggal kematiannya saja yang masih terlihat jelas.Orang yang telah tertidur panjang di dalamnya itu sudah meninggal sejak 2 tahun yang lalu,ini bapak,Dini!!” kata emak.

    Deg!!aku terpaku sesaat lamanya sampai emak akhirnya membuyarkan semua keterpakuanku dan di sampingnya,itu adalah....DINA” tambahnya.

    Hah!! Apakah yang baru saja ku dengar itu adalah kebohongan emak saja? Ku arahkan mataku menuju sebuah kuburan baru yang terlihat tanahnya yang masih basah.
kuburan itu terletak tepat di sebelah kuburan bapak.
dua hari yang lalu,ketika emak berjalan di sepanjang jalan menuju arah rumah kita.Saat itu pikiran emak sedang kalut.Tiba – tiba saja ada seorang gadis kecil perempuan yang berlari mengarah ke emak.Emak sempat bingung mengapa ia mendekati emak.Di tangannya ia sedang membawa foto emak yang kelihatan lusuh.Seketika itu pula emak yakin kalau itu adalah Dina” jelas emak panjang lebar.
emak,apan sih yang emak bicarakan? Mana ada Dina meninggal,emak Cuma ngarang cerita aja kan,supaya aku bisa memaafkan emak?hah!!” cergahku menuduh emak.

    Aku terjatuh terduduk diatas kuburan Dina.Tak bisa ku percaya semua pernyataan yang sudah emak katakan.Padahal baru beberapa hari yang lalu aku masih bercanda dengan Dina.Dan sekarang orang yang selalu ku ajak bercanda itu sudah tertidur tenang di dalam tanah sana“semua ini gara – gara emak,semua kejadian tadi pagi berjalan begitu cepat,Dini.Emak berjalan tergesa – gesa sambil berlari untuk menghampiri Dina yang melambaikan tangannya di seberang jalan.Dan ketika itu Dina berlari pula ke tengah jalan hingga akhirnya ia tak tau jika ada sebuah truk  yang berjalan cepat mengarah ke arahnya.Dina....” suara emak terputus sesaat.

“Dina tak terselamatkan,Dini”ucap emak pada akhirnya.

    Nafasku tertahan sesaat,dan kemudian mulai sesak menghimpit dada.Bibirku bergetar tak kuat mendengar pernyataan emak yang masih belum dapat kupercaya sepenuhnya.Ya Allah,benarkah semua ini?mengapa semua takdir ini begitu menyakitkan untuk ku alami Ya Allah?sungguh,aku tak kuat menghadapinya.

    Dina,apakah ini maksudnya meninggalkan rumah dengan membawa sebuah petunjuk foto yang ia ambil dari balik alas tidurku.Dina,mengapa harus ia yang berkorban demi mempertemukan aku dan emak.Ya Allah,aku tau ini semua caramu untukku yang terbaik.Tapi haruskah kau ambil pula Dina dari sisiku.Tak cukupkah kau ambil bapak,Ya Allah?

    Dina,meskipun kau tak dapat menjawab semua pertanyaanku saat ini,karna pastinya sekarang kau sudah berbahagia disana.Aku akan berusaha menerima semua yang kau rencanakan untukku,Dina.Terima kasih untuk semua perjuanganmu untuk menyatukanku dengan emak.Aku cukup tau balasan apa yang kini telah kau dapat di atas sana.Mendengar cerita mimpimu yang berjalan di atas dataran hijau bersama ribuan kupu – kupu yang mengelilingimu.Aku sekarang tau dimana posisimu sekarang Dina.Yah,disana di tempat dimana sekarang para kupu – kupu itu.

    Aku pun berjalan keluar bersama emak meninggalkan kuburan Dina dan bapak.Kini aku tak sendirian,ada emak pengganti Dina sekarang.Tak ada lagi tawa ceria Dina.Namun ada tawa emak sebagai pengisi gubukku.Dan tentunya Pak Mamad tak akan memperkerjakan aku lagi.Karna sudah ada emak yang akan menggantikanku mencari uang.Tapi tak akan lagi pada pak Mamad,karna pastinya emak tak akan sudi bekerja kepada orang yang sudah menindas anaknya.

…TAMAT…

Cerpen asli sebelum diubah menjadi ”Tentang Dina”

Dalam antologi cerpen “Dialah Kyaiku” karya anak Aliyah Darussalam

Blokagung Banyuwangi,penerbit Digna Pustaka.

0 komentar :

Posting Komentar