SELAMAT DATANG DI WEB AS-SAIDIYYAH DORMITORY

Rabu, 27 Mei 2015


PENANTIAN DI UJUNG SENJA

Matahari telah berpulang...

Menyeret sinarnya yang benderang...

Kala senja ini mulai datang...

Ku selalu menunggu ia pulang...

    Desir angin malam mulai terasa di ujung kakiku yang mulai kedinginan.Sudah lama aku menunggu,bahkan cukup lama.Diatas batu pantai ini,aku duduk bersila menghadap ombak pantai di tepi gubukku.Menanti datangnya sebuah perahu kecil yang saat ini sedang membawa ayahku pulang.Membawa setangkai ikan yang nantinya akan mengisi perutku yang sedari pagi telah keroncongan.

    Namun,sampai senja ini telah hilang. Ayahku tak kunjung nampak di kejauhan sana.
Dimana ayahku kini,akankah engkau berniat untuk menginap di ujung laut sana yang tak ku tahu dimana itu??? Tak biasanya ayah pulang lebih malam dari ini,bahkan sekalipun.Ayah selalu menempati janjinya,bahwa ia akan pulang secepatnya.
Ku putuskan untuk kembali pulang.Akan ku teruskan menunggu ayah di gubuk saja.
Mungkin sebentar lagi,ayah akan datang dan mengetuk pintu rumah itu.Itu pikirku.Dan sekali lagi,itu adalah pikirku.Meski tak ku tahu apa yang terjadi sebenarnya.

                                        ***

    Matahari telah datang ke bumi dan akhirnya menyilaukanku sehingga aku terbangun olehnya.Sebuah ketukan pintu membangunkanku yang ternyata tertidur diatas kursi panjang tempat dimana biasa aku menempatinya bersama ayah saat ayah baru saja pulang dari melaut.
Ketukan itu berulang lagi,hingga pintu itu akhirnya ku buka.Ku pikir itu adalah ayah,tapi bukan,ia adalah pak Joko,teman sesama nelayan yang pergi bersama ayah kemarin pagi.
Bima,aku dan ayahmu terpisah ketika kami sampai di tengah laut.Ombak meninggi,dan...” ucap pak Joko yang tiba – tiba menghentikan ucapannya.Nadiku seakan berhenti ketika mendengar ucapan pak Joko yang cukup mengejutkanku

apa yang terjadi pada ayah?” tanyaku tak sabar.

ayahmu hilang dari pandangan mata dan sampai sekarang ia belum ditemukan” ucap pak Joko kemudian.Ia menelan ludah,tatapannya terlihat pasrah ketika ia memberikan informasi ini padaku.

Pak Joko menepuk bahuku pelan lalu pergi meninggalkanku.Akankah ini pertanda bahwa ayah telah...... segera kutepis semua fikiran yang menggeluti hatiku.Aku yakin,tidak akan terjadi hal yang buruk pada ayah.Dia pasti pulang,itu pasti.

                                        ***

    Sore hari,ketika sudah tujuh hari yang lalu ayah pergi melaut dan hingga kini ia belum kembali.Ku lakukan hal yang sama seperti sore – sore sebelumnya.Menunggu kedatangan ayah untuk pulang.Tepat kini aku berdiri di atas bahu batu karang yang terletak di bibir ombak pantai,aku mencoba memanggil ayahku dengan suara nyaringku.
ayah!! Pulanglah ayah!!” teriakku memekik laut yang bergulung – gulung menabrak batu karang yang akhirnya menghasilkan muncratan air yang mengenai celana panjang yang ku kenakan.
Tak terasa air mata mulai terasa mengalir di pipiku.Ayah,tujuh hari sudah kau tak kembali.Sampai kapan aku akan menunggu kedatanganmu.Akankah selamanya kau takkan kembali?
Tiba – tiba seseorang menepuk bahuku dengan agak keras.Aku menoleh ke belakang,dan ternyata dia adalah Hasan,sahabatku sejak kecil yang tinggal bersebelahan dengan gubukku.

Bima sampai kapan kau akan menunggu ayahmu?” tanyanya.

sampai aku bertemu dengan ayahku!!” ucapku yakin.
dia takkan pulang,mungkin ke suatu tempat yang tak harus kau ketahui.Dan mungkin itu tempat yang indah,sehingga ayahmu betah disana dan tak ingin kembali pulang” jelas Hasan yang seketika membuatku tersinggung.

tidak!!ayah sayang padaku.Dia berjanji sebelum ia pergi melaut,bahwa ia akan segera pulang” tuturku masih sama.

Bima,ayolah!!ikutlah denganku ke kota.Kita gapai impian dan cita – cita kita disana.Biarkan ayahmu tetap di ujung laut yang yang tak bertepi itu.Di kota nanti kau akan menjadi orang besar.Setelah itu kau bisa kembali lagi kesini untuk menunggu ayahmu lagi”

Hatiku mulai terusik,pikiranku mulai bergulir.Ajakan Hasan memang sangat menggiurkan,Tapi,akankah aku sebaiknya menerima ajakan itu?lalu bagaimana dengan ayah,kalau ayah pulang dan ternyata tidak mengetahui keberadaanku.Aku akan merasa sangat menyesal telah meninggalkannya.

Namun jika aku menghabiskan waktu untuk menunggu ayah,Akan terbuang waktuku dengan percuma.Ayah aku akan pergi meninggalkan gubuk kita disini.Namun janganlah bersedih ayah,karna aku hanya pergi sebentar.Aku akan segera kembali nanti kita  ketika aku menjadi orang yang akan kau bangga – banggakan.Akan ku ubah derajat kita di mata orang – orang yang telah menghina kita.

Hasan tersenyum lebar,dia begitu puas dengan jawabanku.Dia turun dari batu karang yang sebelumnya kami duduki berdua.Sambil menggenggam erat tanganku,dia mengajakku untuk bersiap – siap menuju kota dimana sebentar lagi akan mengubah nasib dan kehidupanku.Aku pun mengikuti kehidupanku.

                                        ***

Halo pak,bagaimana dengan tawaran saya kemarin.Apakah kita bisa saling bekerja sama?” ucapku pada sebuah suara di seberang sana,melalui telepon seluler yang menempel di kuping kananku.

ya,tentu saja!! Segera aku akan menandatangani surat perjanjian kita.Bima,tahukah,
aku sangat bangga padamu.Kau memang partner kerjaku yang sangat pintar” ujar suara itu kemudian.

Ku tutup gagang telepon itu,ku pandangi ruangan yang luasnya serupa dengan ruangan pemilik kantor bertingkat tinggi.Inilah hasilku yang sesungguhnya.Kerja keras telah mengubah nasib dan derajatku.Meski ku tahu derajat yang sempurna hanyalah milik Allah SWT.

Tiba – tiba pintu ruanganku terbuka.Kemudian datanglah sosok Hasan yang muncul di balik pintu itu.Senyum kebanggaan terpancar di raut wajahnya.
lihatlah semua yang telah kau dapatkan,begitu luar biasa bukan?” ucapnya memperlihatkan kekagumannya.
Hasan,tahukah engkau.Semua ini adalah hasil jerih payahku!!” ucapku.

yah!!ini semua adalah hasil jerih payahmu sendiri.Dan sekaranglah saatnya kau mengunjungi pantai itu.Dimana dulu kau duduk diatas batu jarang besar disana.untuk menunggu ayahmu pulang.Lakukanlah hal yang sama! Mungkin ayahmu telah kembali dan tengah menunggumu pulang.Toh,sekarang harapan ayahmu telah terwujud.Sekarang perlihatkanlah padanya!” ujar Hasan menyeru – nyeru padaku.

Mataku mulai berbinar,ucapan Hasan memang benar adanya.Sudah sepuluh tahun aku tak berkunjung ke gubukku dulu,melewati hari – hari bersama ayah.

                                        ***

    Ku pandangi lagi pemandangan ini,suasana yang masih sama membuatku terdiam sesaat menatap tepi laut di seberang sana.Ayah belum juga pulang.Pak Joko pun sudah meninggal sejak 3 tahun yang lalu.Akankah perkataan Hasan memang benar,bahwa ayah memang takkan kembali?
Ketika aku berjalan menuju tempat dimana dulu hadir sebuah gubukku berdiri disana.Kini gubuk itu sudah tidak ada lagi,bahkan bekas – bekas puing pun tak ada yang berserakan disana.Benar – benar seperti tak pernah berdiri sebuah bangunan yang terbuat dari bambu kering.

    Namun masih tetap ada,batu karang besar yang dulu selalu ku tempati untuk menunggu ayah di setiap senja datang.Batu itu tetap seperti dulu,diam tak bergeser sedikitpun.Seakan ia memang menunggu kehadiranku kembali untuk duduk diatasnya.
Tahukah kau ayah,aku sudah cukup lama menantimu.Menanti kedatanganmu beserta perahu kecil yang membawamu pergi.Juga ikan segar yang hingga kini tak sampai padaku.Pulanglah ayah,aku merindukanmu.Lihatlah kini aku,menjadi seseorang yang pastinya akan membanggakanmu.

Di setiap ujung senja ini...

Aku selalu menatap laut itu...

Berharap datangnya perahumu...

Perahu yang membawa ayah...

Aku akan selalu menanti...

Meski habis sudah waktuku...

Lihatlah aku,dan kembalilah...

Ayahku...

                                    …TAMAT…

0 komentar :

Posting Komentar